DIDADAMEDIA, Bandung - Perekonomian Jawa Barat terpuruk setelah mengalami kontraksi minus 5,90 persen karena pandemi COVID-19. Pemulihan ekonomi pun dilakukan secara komprehensif dan melibatkan banyak pihak.
Sekretaris Satuan Tugas (Satgas) Pemulihan Ekonomi Jabar Ipong Witono mengatakan, pihaknya intens mematangkan roadmap penyelamatan, pemulihan, dan penormalan ekonomi Jabar. Sektor yang menjadi prioritas pemulihan pun sudah dirancang.
"Kami juga membuat skala prioritas. Memang semua sektor sangat penting, tapi ada (sektor) yang terpukul (pandemi COVID-19) yang pemulihannya cenderung lama, seperti pariwisata," kata Ipong, Kamis (13/8/2020).
Ipong menyatakan, ketahanan pangan dan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) menjadi sektor yang dikedepankan untuk pemulihan. Sebab, pemulihan dua sektor tersebut akan berdampak langsung terhadap daya beli masyarakat yang sempat melesu selama pandemi.
"Satgas Pemulihan Ekonomi mendapatkan kewenangan untuk mendorong kebijakan yang mampu meningkatkan daya beli masyarakat," ucapnya.
Ketahanan pangan menjadi salah satu prioritas karena pertanian mampu bertahan di tengah pandemi COVID-19. Saat semua sektor terpukul pandemi, pertanian justru mengalami peningkatan sebesar 7,64 persen secara year on year. Secara quarter to quarter, pertanian meningkat lebih besar, yakni 45,86 persen.
Ipong melaporkan, meski pertanian mengalami peningkatan saat pandemi, tetapi daya serap pasar menurun. Maka itu, pemberian kredit murah, akses pemasaran, dan bantuan program usaha akan dilakukan. Salah satunya ekstensifikasi dan urban farming.
"Kita mesti waspada di tahun depan. Kita akan menghadapi masalah krusial. Setiap negara memproteksi dirinya sendiri. Mereka berusaha memenuhi kebutuhan sendiri. Yang dulu mengekspor ke kita, mereka memilih menanam. Yang dulu kita impor dari Thailand, Thailand memilih mengonsumsi (komoditas pangan) sendiri. Di sisi lain ancaman perubahan iklim terus mengancam kita semua secara global", katanya.
"Kita punya lahan yang besar. Kita punya budaya pertanian. Apabila kita bisa memenuhi sendiri, kita mendorong urban farming kembali. Saat ini, bagaimana masyarakat bisa mempertahankan hidup mereka di tengah ketidakpastian," imbuhnya.
Menurut Ipong, menggerakkan produksi UMKM yang terhambat atau terhenti karena pandemi dapat membuat perekonomian Jabar kembali bergairah. Sebab, sekitar 90 persen kekuatan ekonomi nasional, termasuk Jabar, berada di sektor UMKM.
Langkah pertama yang akan diambil Satgas Pemulihan Ekonomi Jabar adalah mendata UMKM di Jabar secara komprehensif. Tujuannya supaya stimulus, insentif, dan relaksasi tepat sasaran. Selain itu, data yang baik akan mempermudah UMKM mengakses perbankan. Begitu juga sebaliknya. Perbankan bakal mudah menyalurkan bantuan kredit. UMKM adalah penggolongan skala ekonomi yang ada di semua sektor perekonomian, sehingga perannya sangat strategis bagi pemulihan ekonomi wilayah.
"Yang penting di sini membangun kemandirian berdasarkan kebutuhan wilayah. Apabila kita menganggap Jabar adalah sebuah negara. Jadi, perdagangan antar provinsi dan antar daerah menjadi sangat penting bagi pemenuhan kemandirian wilayah berdasarkan kebutuhan dan keunggulan wilayah ," ucapnya.
"Kita memiliki sumber daya yang bagus, perikanan, perkebunan, pertanian. Kita akan mendorong terjadinya perdagangan di antardaerah. Majalengka punya apa, dan Cirebon punya apa. Itu yang akan didorong. Pelakunya adalah UMKM. Iklim usaha itulah yang menjadi kebijakan kedepannya," tambahnya.
Ipong optimistis dengan keterlibatan pemerintah, dunia usaha, dan akademisi, pemulihan ekonomi Jabar dapat berjalan optimal.
Kata kuncinya bagaimana hikmah pandemi saat ini bisa membangun kohesi sosial diantara semua elemen masyarakat di Jabar. Jabar adalah kata kunci pengungkit pemulihan ekonomi nasional. Bila Jabar berangsur pulih perekonomian akan berdampak strategis bagi pemulihan perekonomian nasional.