DIDADAMEDIA - Sebelum meneken perintah lockdown, Presiden Filipina Rodrigo Duterte marah besar terhadap tenaga medis Filipina.
Amarahnya memuncak ketika para dokter di Filipina mengutarakan kekhawatiran mereka soal sistem kesehatan Filipina di tengah pandemi virus corona yang kian buruk.
Mendengar itu, Duterte langsung menantang para dokter untuk mendeklarasikan revolusi.
"Kalian sama sekali tidak mengerti saya. Kalian mau revolusi? Katakan itu. Silakan coba. Kami akan mengacaukan segalanya. Kami akan membunuh mereka yang terinfeksi COVID," kata Duterte seperti dikutip dari AlJazeera.
"Itu yang kalian mau? Kami bisa mengakhiri keberadaan kalian dengan cara ini," sambung dia.
Filipina selama hampir sepekan terakhir mengalami lonjakan kasus virus corona. Tiap harinya, penambahan kasus corona mencapai 3.000-5.000 kasus.
Kini total penderita corona di Filipina sudah mencapai lebih 100 ribu. Dalam beberapa hari ke depan Filipina diprediksi akan melewati Indonesia sebagai negara dengan penderita corona terbanyak di Asia Tenggara.
Dalam pernyataannya, asosiasi dokter di Filipina hanya mengkhawatirkan mengenai sistem kesehatan dan sama sekali tidak menyebutkan perintah melawan pemerintah.
Selang beberapa waktu setelah menebar ancaman, sikap Duterte berubah total. Saat menyampaikan pidato di televisi nasional, Duterte menyemangati dokter dan tim medis yang sedang berjuang melawan virus corona.
"Saya mendengar kalian. Jangan hilang harapan. Kami peduli dengan kelelahan kalian," ucap Duterte.
Sebelumnya, pemerintah Filipina pada Minggu (2/8) mengumumkan pihaknya akan kembali memberlakukan karantina di ibu kota negara, Manila, selama dua minggu, mulai Selasa (4/8), mengingat jumlah kasus positif naik sampai lebih dari 100.000 jiwa.
Rodrigo Duterte telah menyetujui pemberlakuan aturan karantina yang dimodifikasi dan diperkuat (MECQ) di Metro Manila dan provinsi-provinsi sekitarnya, seperti Laguna, Cavite, Rizal, dan Bulacan, sampai 18 Agustus, kata juru bicara pemerintah, Harry Roque kepada awak media.
Sejumlah tempat usaha dan layanan transportasi umum kemungkinan akan ditutup di ibu kota selama karantina berlangsung. MECQ merupakan aturan karantina yang berlaku lebih longgar daripada Karantina Komunitas Umum.
Warga juga akan diminta menunjukkan surat izin bekerja dan beraktivitas selama karantina berlangsung, mengingat pemerintah berusaha membatasi pergerakan masyarakat.
Kebijakan Duterte itu berlaku setelah 80 kelompok masyarakat yang mewakili 80.000 dokter dan satu juta perawat meminta pemerintah untuk meningkatkan pengawasan. Puluhan kelompok itu mengatakan menghadapi kekalahan dalam memerangi COVID-19.