Jabar Provinsi Pertama yang Serahkan SK Penetapan Guru Honorer SMA/SMK

jabar-provinsi-pertama-yang-serahkan-sk-penetapan-guru-honorer-smasmk Sejumlah guru non-PNS melakukan sujud syukur usai menerima SK. (Humas Pemprov Jabar)

DIDADAMEDIA, Bandung - Seleksi tahap pertama guru non-PNS SMA/SMK/SLB di Jawa Barat telah rampung. Jawa Barat jadi provinsi pertama yang menuntaskan seleksi ini.

Melalui penjaringan, sebanyak 1.461 tenaga pengajar yang kewenangannya di bawah provinsi ini, berhak memperoleh tunjangan profesi guru sebesar Rp1,5 juta per bulan.

Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengatakan, pemberian SK ini sangat penting untuk meningkatkan kualitas pendidikan, seiring meningkatnya kesejahteraan guru khususnya honorer.

"Perjuangan sangat panjang bagi guru-guru non-PNS untuk mendapatkan kesejahteraan yang layak," katanya usai penyerahan surat keputusan (SK) penetapan guru non-PNS SMA/SMK/SLB se-Jawa Barat.

Penyerahan SK ini secara simbolis dilakukan langsung oleh Ridwan Kamil di Gedung Pakuan Kota Bandung, Rabu (29/7). Ribuan guru lainnya menyaksikan langsung melalui tayangan video konferensi.

Dinas Pendidikan Jabar, lanjutnya, berhasil menjalankan tugas untuk menyeleksi para guru honorer ini sekaligus menjadi yang pertama di Indonesia. "Kita dikawal PGRI, FAGI, sehingga berjalan lancar," katanya.

Menurut dia, berbagai aspek harus dipenuhi jika ingin memenuhi syarat sebagai guru yang lolos tahap uji tersebut. Emil meminta guru SMA/SMK honorer lainnya yang belum lolos seleksi agar tidak putus asa sehingga bisa memperbaiki kekurangan yang ada.

"Memang enggak mudah, harus memenuhi syarat. Apakah aspek pedagoginya, profesionalitas, kepribadian dan sosialnya," kata dia.

Emil mengemukakan rampungnya seleksi tahap pertama ini memperkuat komitmen Pemprov Jabar dalam menyejahterakan tenaga pendidik tersebut. Sebab, sejak 2017 pihaknya pun sudah memberikan berbagai tunjangan bagi guru honorer SMA/SMK/SLB senilai total Rp2,04 juta per bulan.

Terlebih, lanjut Emil, seleksi ini dilakukan di tengah-tengah pandemi virus corona (COVID-19) yang menguras berbagai energi terutama keuangan daerah. "Walaupun kami terus dan fokus menangani Covid, membahas emergensi, (penyerahan SK guru honorer) ini juga bagian darurat. Ini peran luar biasa Dinas Pendidikan dan dukungan DPRD Komisi V," katanya.

Kepala Dinas Pendidikan Jabar Dedi Sopandi menjelaskan, SK penetapan guru honorer ini sangat diperlukan untuk menentukan siapa saja yang berhak menerima tunjangan profesi guru dari APBN sebesar Rp1,5 juta per bulan. Berdasarkan aturan, tambah dia, guru honorer SMA/SMK yang berhak menerima tunjangan dari pemerintah pusat ini harus memiliki SK dari masing-masing gubernur.

"Syarat terakhirnya harus ada penetapan SK dari kepala daerah. Yaitu ini," kata dia.

Selain berhak menerima tunjangan setiap bulannya, Dedi menyebut adanya SK penetapan inipun akan memasukkan para guru non-PNS ini kepada sistem kepegawaian di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

"Jadi mereka punya nilai inpassing dengan penyetaraan sesuai golongan yang ada," ujarnya.

Dia memastikan, 1.461 guru yang lolos seleksi ini sudah melalui berbagai penyeleksian sehingga layak menerima apresiasi tambahan tersebut.

"Mereka sudah mengikuti seleksi. Seleksi pendidikan profesi guru, mengikuti diklat, mereka juga sudah memenuhi syarat jam mengajar 24 jam per minggu," katanya.

Adapun sisanya, menurut dia, akan terus dilakukan penyeleksian secara bertahap. "Di Jawa Barat ada 18.892 guru honorer. Sisanya akan terus diseleksi bertahap, sehingga nanti akan semakin banyak guru honorer yang diberi tunjangan tambahan," katanya.

Sementara itu, usai menerima penyerahan SK penetapan dari gubernur, sebanyak enam guru honorer langsung melakukan sujud syukur di Gedung Pakuan. Mereka berharap dengan adanya legalitas ini bisa meningkatkan kesejahteraan sesuai dengan yang diharapkan.

Salah seorang guru honorer di SMAN 9 Kota Bandung, Rizky SR bersyukur dengan penerimaan SK ini. Dengan adanya legalitas ini, pendapatannya meningkat dari Rp2,04 juta menjadi Rp3,54 juta per bulan.

"Kalau dulu hanya dapat honorarium dari provinsi sebesar Rp2,04 juta, sekarang ditambah dengan dari APBN Rp1,5 juta," katanya.


Editor: redaktur

Komentar