Dedie Kembangkan Teknologi Daging Jadi Seempuk Tahu

dedie-kembangkan-teknologi-daging-jadi-seempuk-tahu Dedie Soekartin memasak daging hasil racikan teknologi Aging System di kawasan Dago atas.. ((istimewa))
DIDADAMEDIA, Bandung-  Memesan steak kini tidak butuh waktu lama lagi. Hanya di bawah lima menit saja, steak kategori matang sudah siap tersaji di meja pengunjung. Untuk yang setengah matang, waktu yang dibutuhkan tentunya lebih singkat lagi.

Itulah teknologi yang ditawarkan oleh Dedie Soekartin yakni teknologi Aging System yang mampu membuat daging terasa sangat empuk dan bisa dimasak hanya dalam waktu sekejap saja. Dedie Soekartin, yang dikenal sebagai Legenda Chef Indonesia asal Bandung, berhasil mengembangkan teknologi Aging System yang sudah digeluti puluhan tahun olehnya selama berada di luar negeri. Kini, Dedie bertekad untuk mengenalkan dan mengembangkan Aging System di Indonesia, khususnya di kalangan resto kafe, pelaku usaha, hinga pedagang kecil.

Dedie bercerita bahwa keinginannya untuk mengembangkan teknologi Aging System di Indonesia karena ingin membuat Indonesia terlepas dari kesulitan-kesulitan dengan segal hal berbau daging selama ini. Seperti diketahui, kata Dedie, ketergantungan Indonesia terhadap daging impor sangat tinggi yang berakibat begitu mudahnya dipermainkan para importir. Oleh karena itu, Dedie bertekad untuk mengembangkan teknologi Aging System dengan daging-daging Indonesia (lokal, Red) agar para pengguna tidak lagi tergantung pada daging impor.

"Sebenarnya teknologi Aging System bisa digunakan untuk semua daging, termasuk impor. Namun saya ingin teknologi ini diadopsi dengan daging lokal agar derajat daging Indonesia sejajar dengan daging impor. Ini sudah bisa dibuktikan. Contohnya di Bali, tempat dimana saya mempraktikkan teknologi ini," kata Dedie saat mendemonstrasikan teknologi Aging System di kawasan Dago atas belum lama ini.

Teknologi Aging System daging, yang artinya kurang lebih membuat daging cepat matang, kata Dedie, sebenarnya memiliki persamaan dengan kearifan lokal yang berasal dari nenk moyang Bangsa Indonesia. Bedanya, nenek moyang dulu menggunakan sistem tradisional seperti fermentasi atau pengeraman untuk membuat sesuatu bisa menjadi cepat matang, buah-buahan misalnya.

"Begitu pula untuk daging, sistem kerjanya hampir sama, cuma memang direkayasa dengan menggunakan alat yang saya ciptakan sendiri," katanya..

Keunggulan Aging System, kata Dedie, terdapat pada berbagai macam faktor seperti daging tetap fresh, tekstur utuh dan empuk seempuk tahu, bisa dipotong dengan pisau plastik, dapat menekan biaya produksi dan dapat dimasak dalam waktu singkat. Teknologi Aging System, menurut Dedie yang merupakan orang Asia pertama menjabat Executive Cheff di Australia pada akhir 70an, sangat signifikan jika dikolaborasikan dengan daging lokal.

Hal ini untuk membuat harga dan ongkos porduksi daging menjadi jauh lebih murah dibanding menggunakan daging impor. Sebab, teknologi ini membuat daging menjadi lebih enak bahkan hanya diberi bumbu seadanya tanpa tambahan saus cabe atau tomat dan sebagainya.
"Jika kita mampu memadukan teknologi Aging Sistem dengan daging asal Indonesia, maka kita tidak akan lagi tergantung pada daging impor," katanya. 
Editor: redaktur

Komentar