DIDADAMEDIA, Jakarta - Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita menegaskan, pelaku industri di dalam negeri masih punya semangat untuk menghadapi tantangan yang timbul dari pandemi COVID-19 dan gejolak perekonomian global.
“Ini terlihat dari sektor industri yang akan mewujudkan kemandirian Indonesia dalam menanggulangi penyakit seperti industri peralatan medis dan barang habis pakai (medical devices and consumables),” kata Menperin Agus Gumiwang dilansir Antara, Kamis (25/6/2020).
Pada industri peralatan medis dan barang habis pakai, potensi Indonesia saat ini memiliki kapasitas produksi mencapai 3 juta masker N95 dan sebanyak 4,7 miliar masker bedah per tahun, yang diproyeksi mampu memenuhi konsumsi domestik sebesar 172,2 juta per tahun.
Industri nasional juga telah mampu memproduksi massal hingga 648 juta produk hazmat untuk memenuhi konsumsi domestik tahunan yang diperkirakan mencapai 11,3 juta.
Artinya, industri nasional tidak hanya mampu memenuhi konsumsi lokal, tetapi juga dapat memenuhi permintaan pasar dunia.
“Ini melengkapi kemampuan kita yang sudah dapat memenuhi permintaan domestik masker kain dan surgical gown,” katanya.
Bahkan, beberapa produk hazmat produksi dalam negeri telah lulus uji skala internasional American Association of Textile Chemists and Colorists (AATCC) Standards; AATCC 42 (uji dampak air) dan AATCC 127 (uji tekanan hidrostatik), serta standar internasional untuk perlindungan menyeluruh terhadap bahaya biologis dan cairan (ISO 16604 level 2).
“Hingga saat ini, enam dari 16 produsen dalam negeri telah disertifikasi dan bersiap untuk mengekspor dan memenuhi permintaan global,” ungkap Agus.
Sementara, untuk industri ventilator, saat ini perusahaan lokal sedang menyiapkan produksi massal untuk alat bantu pernapasan tipe darurat pada pertengahan Juli 2020. Sementara itu, produksi untuk ventilator tipe ICU akan dilakukan pada akhir Juli 2020.
“Kami sangat bangga atas capaian itu, karena menunjukkan bahwa dalam pembuatan ventilator ini, industri dalam negeri dapat memproduksi secara lokal semua komponen mekanik dengan kandungan lokal hingga 80 perseb,” katanya.
Pada industri farmasi, saat ini Indonesia memiliki lebih dari 220 perusahaan, di mana 90 persen dari mereka berfokus pada industri hilir seperti produksi obat-obatan.
“Sementara untuk mengatasi ketergantungan impor, kami berkolaborasi dengan para stakeholder utama untuk menyusun kebijakan dan peraturan dalam membangun ekosistem industri yang kondusif sehingga Indonesia bisa mandiri,” ujar Agus.
Melangkah ke fase new normal, Menperin menargetkan tercapainya 35 persen substitusi impor pada 2022.
“Kami sedang menyusun kebijakan-kebijakan yang dapat menarik investor asing dan domestik untuk berinvestasi dalam menghasilkan produk substitusi impor, juga untuk meningkatkan penggunaan bahan baku yang diproduksi secara lokal dan barang setengah jadi,” katanya.