DIDADAMEDIA, Jakarta - Peperangan antara manusia melawan wabah COVID-19 tak henti-hentinya memberikan perlawanan. Peradaban maju sedang diuji dengan ancaman alami, yaitu pandemi virus yang mampu mengoyak perekonomian secara global bahkan kehidupan manusia.
Berbagai upaya manusia dilancarkan untuk meredam makhluk tak kasat mata ini. Lapisan kebijakan diturunkan dari mulai karantina, jarak sosial hingga pola perilaku hidup baru digalakkan, khususnya protokol kesehatan.
Sampai akhirnya status normal baru harus dihadapi Indonesia, khususnya ibu kota, yaitu Jakarta di mana sempat menjadi episentrum permulaan virus yang menyerang pernafasan tersebut.
Sektor transportasi publik tak luput dari perhatian, guna memupuk kesadaran masyarakat dalam melawan Virus Corona . MRT Jakarta bahkan mencatat mulai terjadi peningkatan jumlah penumpang hingga belasan ribu pengguna sejak diizinkannya aktivitas kantor pada masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) transisi.
"Ya terjadi peningkatan, misalnya Rabu (10/6) ada 13.308 pengguna layanan kereta itu," kata Direktur Utama MRT Jakarta William Sabandar. Dalam masa transisi kembali beraktivitas tersebut, menurut dia, jumlah penumpang memang naik lima hingga enam kali lipat dibanding bulan Mei 2020. Namun signifikan karena sebagian kegiatan perkantoran juga belum dimulai.
Jika sebelumnya pada tiga periode PSBB pengguna layanan MRT Jakarta hanya berkisar 2.000 pengguna per hari dengan pembatasan jam operasional hanya 12 jam pukul 06.00-18.00 WIB, katanya, maka saat ini jumlah pengguna diperkirakan dapat merangkak naik dengan jam operasional yang bertahap kembali normal mulai pukul 05.00 WIB-21.00 WIB.
William mengatakan pihaknya telah melakukan survei kepada 760 pelanggannya terkait penggunaan MRT seandainya PSBB berakhir. Hasilnya 91 persen respondennya tetap akan menggunakan MRT karena lebih efisien untuk mobilisasi dan 98 persen merasa aman menggunakan layanan dari BUMD milik Provinsi DKI Jakarta itu.
"Pada Juli nanti mudah-mudahan PSBB transisi berhasil dan kegiatan-kegiatan mulai aktif kembali, kita merencanakan atau punya skenario penumpang naik di angka 60.000-70.000 per hari," kata William.
Untuk menjaga kepercayaan penumpang terkait keamanan dan kebersihan di lingkungan MRT Jakarta, William mengatakan ada protokol khusus bernama Protokol Bangkit selama layanan angkutan umum itu beroperasi berjalan beriringan dengan era normal baru.
"Bangkit itu akronim. Bersih, Aman, Nyaman, Go Green, Kolaborasi, Inovasi dan Tata Kelola yang baik. Kenapa bersih diutamakan? Karena baik penumpang maupun kereta harus dijaga kebersihannya seperti hand sanitizer ada di seluruh stasiun, kereta pun kita disemprot disinfektan tiga kali sehari," kata William.
Bahkan untuk mendukung berjalannya protokol kesehatan yang sudah berjalan, MRT Jakarta, tambahnya menyediakan alat pemantau suhu tubuh berupa thermal scanner yang saat ini sudah ada di lima stasiun dan nantinya akan tersebar di seluruh stasiun MRT lainnya.
Adaptasi Digital
Dalam kondisi saat ini di mana serba was’was terhadap Virus Corona, MRT Jakarta juga mendorong pengguna layanan MRT untuk menggunakan QR Code sebagai metode pembayaran tiket selama PSBB transisi.
QR Code sendiri adalah kode matriks atau barcode dua dimensi yang berasal dari kata Quick Response. Saat digunakan isi kode dapat diuraikan dengan cepat dan tepat. QR Code dikembangkan oleh Denso Wave, sebuah perusahaan Jepang yang dipublikasikan di tahun 1994.
Dibandingkan dengan kode batang biasa, QR Code lebih mudah dibaca oleh pemindai dan mampu menyimpan data baik secara horizontal maupun vertikal.
Saat ini metode pembayaran non tunai QR Code belum diterbitkan secara resmi oleh MRT Jakarta, namun William mendorong metode itu karena dapat menjaga penumpang dan petugas tidak melakukan kontak fisik sesuai anjuran jarak fisik (physical distancing) untuk mengurangi potensi penyebaran COVID-19.
Langkah MRT Jakarta untuk mengurangi kontak fisik antar penumpang dan petugas MRT adalah dengan menghentikan penjualan kartu single trip yang selama ini cukup banyak digunakan oleh masyarakat.
"Kita tidak membuka lagi penjualan single trip karena untuk mengurangi paparan fisik dan interaksi antara penumpang dan staf kami," ujar William.
Wiliam juga mengatakan pembayaran nontunai juga diharapkan dapat diterapkan di toko-toko ritel dan kegiatan- kegiatan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang tersebar di stasiun-stasiun MRT Jakarta.
Pada kondisi terburuk, bahkan telah disiapkan ruang isolasi khusus guna menanggulangi penumpang sakit dengan dugaan COVID-19. Setidaknya disiapkan di 13 stasiun sepanjang perjalanan MRT.
Apabila ada skenario penumpang lolos dari pemeriksaan suhu badan dan menunjukkan gejala COVID-19, maka akan segera diarahkan di ruang isolasi. Sudah beberapa kali simulasi dijalankan saat menghadapi siaga terburuk.
Dengan adanya ruang tersebut, setidaknya memberikan keamanan bagi para pengguna moda transportasi modern tersebut.