DIDADAMEDIA, Bandung - Apa jadinya jika sebuah pameran melibatkan puluhan seniman lintas generasi dari muda hingga senior? Apa jadinya pula jika karya yang dipamerkan terdiri atas berbagai jenis seni lintas media seperti lukisan, patung, karya instalasi, bahkan seni rupa kontemporer berbasis teknik kriya?
Ya, semuanya dapat dinikmati dalam pameran bertajuk ART_UNLTD:XYZ yang berlangsung di Gedung Gas Negara, Jalan Braga, Kota Bandung, pada 15-20 Desember 2018. Di sana, tercatat lebih dari 70 seniman dari empat kota besar yaitu Jakarta, Bandung, Yogyakarta, dan Bali memamerkan karyanya di sini.
Pengunjung akan dibuat tidak bosan berkeliling galeri pameran, karena disuguhkan beragam jenis bentuk seni rupa mulai ukuran kecil hingga besar. Bahkan beberapa instalasi dibuat interaktif dengan tambahan efek audio.
Beberapa karya seniman yang bisa dinikmati di ART_UNLTD:XYZ antara lain adalah karya berjudul "Serenade" dan "Under The Sun" milik Etza Nur Meisyara putri dari Seniman Tisna Sanjaya, kemudian karya "The Soul of Happiness" oleh John Martono, seniman yang mengonsep desain dinding Flyover Antapani Bandung.
Selain itu ada juga karya patung berjudul "Devi Zolim" milik Nyoman Nuarta, sang seniman pematung Garuda Wisnu Kencana Bali, atau karyanya Sunaryo pemilik Galeri Selasar Sunaryo Art Space dengan judul "Bumi Pagi".
Pameran ART_UNLTD: XYZ merupakan hasil kolaborasi antara Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Indonesia bersama Art Sociates. Konsepnya dikemas oleh beragam kegiatan di antaranya pameran seni rupa, art fair, dan craft fair.
Selain kegiatan memajang karya-karya seni dan kreativitas seniman, pengrajin dan desainer penyelenggara juga akan menggelar demo, workshop, dan bincang-bincang soal praktik seni.
Ketua Tim Artistik ART_UNLTD:XYZ, Asmudjo J Irianto mengatakan, dengan pameran ini seniman ingin menunjukkan keragaman karya seni kepada publik. Bahkan dengan berbagai kemungkinan makna, media, hingga usia.
Menurutnya, banyak masyarakat masih belum sadar dan paham esensi dari seni. Misalnya seperti apa fungsi seni atau kenapa seni sangat bernilai. Semua itu perlu diedukasikan ke publik, salahsatunya dengan pameran ini. "Harapannya para pengunjung dapat melihat, mengenali, mempelajari, dan memahami kompleksitas paradigma mutakhir seni rupa,” ujar Asmudjo.
Pemilihan lokasi di Bandung juga punya alasan tertentu. Asmudjo mengungkapkan, Kota Kembang ini sebenarnya punya banyak seniman dan sekolah seni, namun minim event besar.
Oleh karena itu, dia dan teman-teman seniman lainnya ingin memberikan stimulus dan juga kesempatan kepada publik agar bisa mengapresiasi hasil karya seni. Bahkan lebih bagus jika bisa mempelajari seni langsung dengan seniman itu sendiri.
"Minimnya kegiatan seni rupa yang cukup besar di Kota Bandung, baik yang bersifat festive, wacana, maupun pasar. Kondisi itu menyebabkan rendahnya apresiasi dan pemahaman publik umum terhadap dunia seni rupa," paparnya.
Kegiatan ART_UNLTD:XYZ dapat dikatakan sebagai formulasi kegiatan yang paling mutakhir, meski belum dikatakan final exercise, setelah penyelenggaraan Bandung Art Event (BAE) tahun 2001, Bandung Contemporary tahun 2013 dan Bandung Connex pada pertengahan 2018. Disebut mutakhir karena ART_UNLTD: XYZ bertujuan untuk membangun pasar di Bandung.
“Menyatukan kegiatan yang bersifat wacana, festive, dan pasar, merupakan cara pragmatis untuk mengenalkan keragaman praktik dan karya seni rupa baik dari segi medium, teknik, kategori, dan hierarki - menjadi semacam one stop learning dan shopping," katanya.
Editor: redaktur