Ingin Fokus Bekerja, Dirut TVRI Akan Nonaktifkan Akun Sosmed

ingin-fokus-bekerja-dirut-tvri-akan-nonaktifkan-akun-sosmed Dirut TVRI Iman Brotoseno akan nonaktifkan akun sosmed agar bisa fokus bekerja (Dokumen Pribadi). (antara)

DIDADAMEDIA - Direktur Utama TVRI Iman Brotoseno menyatakan akan menonaktifkan akun media sosialnya yang dalam beberapa waktu terakhir menjadi sorotan sejumlah pihak agar dapat lebih fokus dalam bekerja mengemban amanah jabatan barunya.

Iman Brotoseno dalam keterangannya, Minggu, menyatakan ia lebih baik menonaktifkan akun Twitternya agar benar-benar bisa fokus bekerja.

“Lebih baik saat ini saya memilih menonaktifkan akun twitter saya agar saya bisa fokus bekerja saja. Pesan saya, agar masyarakat membiasakan diri dengan budaya literasi yang sehat, termasuk melakukan ‘check balance’, sehingga keakuratan informasi terjaga,” kata Iman.

Iman yang baru saja dilantik pada jabatan barunya itu mengatakan bahwa pemikiran dan tulisan intelektualitasnya lebih merupakan pencarian jawaban atas ruang dialektika yang terjadi di masyarakat termasuk sejarah, sosial, bahkan agama.

Iman mengaku prihatin atas tuduhan segelintir orang termasuk salah satunya Mantan Menpora Roy Suryo yang turut merespon cuitannya di twitter.

Iman mengakut kultwit yang disampaikan merupakan rangkaian kultwit dari bedah buku “Memahami Kontroversi Sejarah Orde Baru “ yang merangkum berbagai opini sejarawan seperti Taufik Abdullah, Anhar Gonggong, Asvi Warman Adam, dan lain-lain.

“Terlebih kalau melihat rekam jejak saya, saya terbiasa bicara tentang sejarah. Karena saya memang penyuka sejarah. Tulisan saya banyak, tidak saja soal sejarah. Tapi juga soal Islam dan kebangsaan. Saya selalu berprinsip dengan sejarah kita melihat cermin kita sendiri,” katanya.

Ia mengaku prihatin jika ada pihak-pihak yang melakukan framing bahkan memelintir tulisannya sehingga menimbulkan persepsi yang berbeda.

“Kalau ingin membaca koleksi buku-buku saya dan berdiskusi soal sejarah, maka dengan senang hati saya akan berbagi. Ini memang merepotkan dimana hal-hal seperti ini selalu dijadikan plintiran dan framing,” katanya.


Editor: redaktur

Komentar