DIDADAMEDIA, Cianjur - Jumlah penumpang di Terminal Pasirhayam, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, menurun tajam bahkan menjelang Lebaran 2020 karena dampak larangan mudik selama penanganan COVID-19 dari pemerintah pusat dan daerah.
Kepala Terminal Pasirhayam, Bambang Dalimunte mengatakan penurunan tajam jumlah penumpang juga diakibatkan banyaknya pemudik yang menggunakan kendaraan pribadi dan sewaan untuk sampai ke kampung halamannya di berbagai kecamatan khususnya di wilayah selatan. Tahun lalu jumlah penumpang pada H-2 Lebaran mencapai ratusan orang, namun tahun ini hanya hitungan jari.
"Jumlah penumpang dengan tujuan selatan Cianjur, dapat dihitung dengan jari. Bahkan tidak jarang angkutan umum ke selatan tidak dapat penumpang hingga berhari-hari. Ini dampak penyekatan dan larangan mudik selama penanganan COVID-19," katanya, Jumat (22/5/2020).
Meskipun ada, penumpang harus menunggu hingga berjam-jam untuk berangkat karena sopir memperhitungkan untung rugi ketika hanya membawa beberapa orang penumpang. Meskipun lebaran tahun ini, tidak ada kenaikan tarif atau tuslah, namun jumlah penumpang terus menurun, sehingga tidak jarang angkutan batal berangkat.
"Saat ini angkutan umum berbagai jurusan ke selatan yang masih beroperasi sekitar 15 unit. Lebaran tahun sebelumnya mencapai ratusan meskipun harus bersaing dengan kendaraan sewaan, sopir masih memiliki pendapatan dan dapat membayar sewa ke majikan. Tahun ini, sebagian besar terdampak COVID-19, sopir lebih banyak memarkir kendaraan karena minimnya penumpang," katanya.
Hal tersebut dibenarkan Sutrisno, sopir angkutan jurusan Sindangbarang-Cianjur, yang sejak satu pekan terakhir terpaksa menginap di terminal dengan harapan ada lonjakan penumpang yang dibawa dengan tujuan selatan. Namun tak satupun penumpang yang naik angkutannya.
"Sepanjang saya membawa angkutan yang sudah masuk tahun ke 20, ini yang paling sulit. Sudah satu minggu saya makan mengutang di kantin terminal, dengan harapan menjelang lebaran banyak penumpang, tapi sampai malam menjelang satu jok pun belum terisi," katanya.
Dia berharap ada bantuan untuk sopir angkutan umum yang terdampak COVID-19, seperti dirinya dan ratusan sopir lainnya yang terpaksa menganggur karena sepinya penumpang."Untung pemilik angkutan mengerti dan menurunkan setoran. Ongkos tidak naik masih Rp80.000 sampai Sindangbarang, namun tidak satupun penumpang datang," katanya.