DIDADAMEDIA - Sepertinya era 'new normal' atau normal baru sudah dimulai di Jerman ketika kompetisi sepak bola profesional menggelar lagi musim kompetisi yang terhenti oleh pandemi virus corona Sabtu 16 Mei lalu, baik di level 1.Bundesliga maupun 2.Bundesliga.
Bundesliga Jerman merupakan liga sepak bola domestik kategori top di Eropa yang pertama digulirkan kembali. Berisiko? Memang, apalagi kasus dan angka kematian akibat COVID-19 di Jerman tergolong tinggi. Tapi Jerman kini sangat percaya diri mengendalikan Coronavirus Disease 2019 (COVID-19).
Dengan dukungan fasilitas dan teknologi kesehatan yang memadai, membuat Jerman sudah menemukan ritme terbaik untuk mengendalikan penyakit yang disebabkan virus corona jenis baru.
Dalam situasi pandemi COVID-19, Bundesliga Jerman digelar dengan menjalankan sejumlah protokol kesehatan yang ketat. Semuanya dilakukan demi olahraga paling digandrungi di Jerman, juga mayoritas negara itu bisa kembali dinikmati.
Sepak bola telah membuat warga Jerman dan penggemar sepak bola dunia sejenak melupakan virus corona yang setiap harinya selalu menghadirkan kabar menakutkan.
BACA JUGA :
Tanpa penonton, tak boleh berpelukan, jangan meludah, dilarang minum dalam botol yang sama, dan banyak lagi, para pesepak bola liga utama Jerman bertanding dengan aturan yang sama sekali lain untuk mengakomodasi upaya mencegah penyebaran virus pencipta penyakit COVID-19 itu.
Sampai Selasa dini hari WIB 19 Mei tadi, Bundesliga sudah menyelesaikan sembilan pertandingan.
Borussia Dortmund sempat meneror Bayern Muenchen yang memuncaki klasemen ketika untuk kesekian kalinya si ajaib Erling Braut Haaland menjadi inspirator tim kala membuka pesta gol 4-0 ke gawang Schalke dalam derbi Ruhr yang antusiastis disiarkan langsung stasiun-stasiun televisi di seluruh dunia.
Sehari kemudian Bayern menjauh lagi dari kejaran Dortmund setelah memperdaya tuan rumah Union Berlin 2-0. Sedangkan Bayer Leverkusen yang menghabisi Werder Bremen 4-1 menjadi pertandingan terakhir sebelum klub-klub bertanding lagi 23 Mei nanti, hingga 27 Juni seandainya segala sesuatunya berjalan lancar.
Sampai pertandingan kesembilan itu, restart Bundesliga berjalan baik-baik saja tanpa insiden, sekalipun memang tidak sedramatis laga yang disaksikan penonton langsung di stadion, sampai-sampai protes pemain kepada wasit dan kartu kuning apalagi kartu merah pun minim terjadi.
Sebenarnya tak sama sekali tanpa penonton karena sekalipun disiarkan langsung oleh televisi dari stadion-stadion yang kosong melompong, kesembilan pertandingan itu disebut-sebut menarik ratusan juta pasang mata, kalau tidak satu miliar pasang mata, di seluruh dunia.
"Mengingat Bundesliga menjadi satu-satunya liga (top di Eropa) yang disiarkan televisi, saya perkirakan kami akan punya audiens satu miliar," klaim CEO Bayern Muenchen Karl-Heinz Rummenigge kepada majalah SportBild.
Mungkin Rummenigge terlalu optimistis, tetapi ada banyak alasan untuk membenarkan klaim dia.
Lihat saja perlakuan televisi-televisi Inggris. Untuk pertama kalinya dalam sejarah sepak bola, televisi Inggris menyiarkan langsung seluruh pertandingan Liga Jerman, sedangkan media massa cetak dan online mereka ramai-ramai mengupas detail klub-klub Bundesliga.
Hasilnya, mengutip Daily Telegraph, jumlah pemirsa televisi Inggris yang menyaksikan Bundesliga mencatat rekor terbanyak sepanjang sejarah.
Barometer
Enam juta pemirsa Inggris Raya dan Irlandia menyaksikan siaran langsung Bundesliga yang ditayangkan Sky Sports dan BT Sports yang sejak Maret lalu terpaksa dibuat bengong tanpa siaran langsung liga paling makmur dan paling menarik di dunia, Liga Premier Inggris, karena ditutup paksa oleh pandemi virus corona.​
Kantor berita China Xinhua menyebut televisi-televisi di 160 negara menjadi saksi proyek restart liga besar Eropa pertama, ketika event-event besar olahraga yang lain masih terkunci krisis virus corona.
The Telegraph lebih rinci lagi. Harian Inggris ini menyebut 70 stasiun televisi di seluruh dunia menyiarkan langsung pertandingan Bundesliga. Jadi mungkin Karl-Heinz Rummenigge tidak berlebihan mengklaim satu miliar pemirsa itu.
Di negeri gila sepakbola Brazil misalnya, penonton televisi seketika ganti saluran ke Fox Sports untuk mengikuti derbi panas yang tak lagi dramatis yang kerap menjadi big match di Bundesliga, Borussia Dortmund versus Schalke.
Bahkan media terbesar negeri itu, Globo, berpayah-payah mewawancarai empat pemain Bundesliga asal Brazil, termasuk gelandang Wolfsburg William yang pernah mengkhawatirkan dampak restart terhadap kesehatan pemain.
Di India yang kaum urbannya lebih akrab dengan Liga Inggris, juga mendadak menyambut Bundesliga. "Saya haus tayangan langsung sepak bola di masa lockdown ini," kata Amjad Rehan Ibrahim, mahasiswa Universitas Delhi University, kepada AFP.
Di Jepang, dahaga siaran langsung olahraga diatasi Sky Perfect yang menayangkan dua pertandingan Bundesliga setiap pekan, gratis!.
Di Eropa apa lagi. Adolfo Barbero yang biasa menjadi komentator pertandingan Bundesliga untuk saluran televisi Movistar+ di Spanyol, bilang, "Saya bisa jamin Anda saya tak pernah melihat level antusiasme (warga Spanyol) menyaksikan Bundesliga yang setinggi ini dalam kurun 20 tahun."
Di Meksiko yang juga keranjingan sepakbola, restart Bundesliga bagaikan oase di gurun sahara nan luas. "Akhir pekan tanpa sepak bola itu berat sekali," kata Emilio Fernando Alonso, reporter Meksiko yang bekerja untuk ESPN.
Demikian pula di negara-negara Asia seperti China yang liga utama sepakbolanya sendiri baru mulai lagi Juni nanti.
Tetapi China sepertinya punya bayangan di luar apa yang terjadi di lapangan sepakbola, yakni kesehatan keuangan klub-klub Bundesliga.
"Separuh tim-tim di dua divisi atas berada dalam bahaya bangkrut," tulis kolumnis harian Oriental Sports, Ji Yuyang.
Untuk itu, kata Ji Yuyang, Bundesliga bakal menjadi barometer dan referensi untuk semua liga bagaimana harus bersiasat untuk bertahan hidup, tak cuma sepakbola tapi cabang-cabang olahraga lainnya.
Terima kasih
Dan faktanya memang banyak yang ingin tahu bagaimana Bundesliga bisa sejauh itu ketika pandemi COVID-19 masih ganas menyerang Bumi.
Mantan pemain timnas Jerman yang kini direktur olahraga Eintracht Frankfurt Fredi Bobic mendadak sibuk luar biasa pada pekan-pekan sebelum restart Bundesliga mulai 16 Mei itu.
Ponselnya yang sudah lama tak sering mendapatkan panggilan, mendadak tak berhenti berdering, ditelepon sana sini. "Saya tak bisa bilang pada Anda berapa banyak," kata Bobic.
Bobic tak henti dihubungi orang-orang berkepentingan dari cabang-cabang olahraga lain yang berusaha mencari tahu konsep Hygiene yang dirancang oleh asosiasi liga Jerman. Mereka ingin meniru Bundesliga. Dan hasrat itu kian membuncah manakala Bundesliga ternyata cukup berhasil sejauh ini.
Bobic punya cerita lain di balik apa yang sepertinya biasa-biasa di lapangan selama tiga hari terakhir itu. "Mendapatkan persetujuan dari otoritas politik dan kesehatan itu satu hal. Merancang semuanya bekerja, sungguh seperti tes lakmus (ujian)," kata si mantan striker Jerman.
Dan ujian itu sepertinya tidak mengecewakan, bahkan mendorong pujian dan selamat dari dunia yang sebagian besar dibungkusi pula oleh harapan dan impian untuk mengimitasinya.
"Mereka umumkan, mereka kerjakan, terima masih," kata striker AC Milan asal Swedia, Zlatan Ibrahimovic, yang diamini mantan bintang sepakbola Prancis yang pernah memperkuat Bayern Muenchen, Bixente Lizarazu, "Mereka berhasil; semua orang bisa melihatnya. Mereka tidak ragu."
Untuk itu, penjaga gawang Bayern Manuel Neuer yang sempat bilang "bermain selama 90 menit tanpa penonton itu terasa jauh lebih lama" yakin dunia akan terus berpaling ke Jerman untuk menatap lekat Bundesliga.
Masih banyak kelemahan memang, termasuk beberapa pemain yang lupa mempraktikkan aturan kontak fisik selama pandemi ketika para pemain Hertha Berlin seperti lupa saling berpelukan sampai tiga kali pada setiap dari tiga gol yang mereka ciptakan ke gawang Hoffenheim.
Tapi tak apa-apalah, toh ini baru yang pertama, masih perkenalan. Dan Bundesliga sendiri berjanji terus memperbaiki diri agar tak salah menyampaikan sinyal kepada masyarakat dan otoritas.
"Akhir pekan ini adalah langkah pertama. Semua mata masih terpaku ke sepak bola," kata Neuer.
Dan sepertinya Sabtu 23 Mei nanti ketika dua Berlin bertemu atau duel panas Borussia Moenchengladbach melawan Bayer Leverkusen terjadi, selain empat laga lainnya, dunia akan tetap menatap Bundesliga, termasuk jutaan penggila sepak bola di Indonesia.