DIDADAMEDIA, Jakarta - Kalangan Muslim yang berada di Amerika Serikat, terutama dari generasi muda, merindukan kegiatan yang biasa dilakukan dengan kumpul bersama aggota komunitas pada bulan suci Ramadan, terutama di tengah pandemi COVID-19 saat aktivitas dengan jumlah orang banyak dilarang.
Dalam acara Ramadan Talk Kedutaan Besar Amerika Serikat, yang digelar secara daring pada Jumat, salah satu remaja Muslim bernama Yuhaniz Ally dari Kota Seattle, Negara Bagian Washington, mengaku hilangnya kegiatan komunitas, seperti shalat berjamaah di masjid setempat, menjadi salah satu tantangan baginya dalam menjalani ibadah puasa di tengah pandemi COVID-19.
“(Suasana) bulan Ramadan ini menjadi agak sedih, begitu pula mendekati akhir dan pada saat hari raya Idul Fitri nanti, karena kami kemungkinan tak dapat berkumpul bersama-sama,” kata Yuhaniz yang merupakan salah seorang alumnus program beasiswa belajar Bahasa Indonesia itu.
Pernyataan serupa disampaikan mahasiswa Muslim asal Kota Dallas, Negara Bagian Texas, Muhammad Muhanna. Ia merasa kehilangan suasana kebersamaan komunitas di area tempat ia tinggal pada Ramadan ini. Suasana Ramadan kali ini, katanya, berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya saat anggota komunitasnya kerap berkegiatan bersama, seperti menjalani shalat berjamaah atau berbuka puasa bersama.
Selain kegiatan beribadah, Muhammad mengatakan dia juga sering berkumpul dengan teman-teman sesama Muslim usai menjalankan shalat tarawih berjamaah. “Kadang kami pergi ke kedai es krim atau berolahraga bersama hingga larut malam,” ujarnya.
Meski merindukan kegiatan bersama komunitas yang biasa dilakukan pada bulan Ramadan pada ahun-tahun sebelumnya, baik Yuhaniz maupun Muhammad meyakini bahwa pada masa pandemi ini langkah terbaik yang harus dilakukan adalah mengikuti protokol kesehatan dari pemerintah setempat.
Terutama bagi Muhammad yang bekerja di rumah sakit, ketaatan itu diperlukan tak hanya untuk melindungi diri dan keluarga masing-masing, namun juga untuk melindungi mereka yang berada dalam kelompok rentan dari kemungkinan tertular, seperti masyarakat lanjut usia.
Di tengah keterbatasan untuk berkumpul dan mematuhi protokol kesehatan, kerinduan keduanya akan kegiatan di komunitas sedikit terobati dengan sejumlah aktivitas yang dilakukan secara daring, termasuk ceramah Ramadan yang dilakukan oleh para imam dari masjid maupun dari rumah masing-masing.
“Untuk masjid saya itu livejuga shalat Jumat. Kami bisa lihat dan bershalat sendiri di rumah,” kata Muhammad yang merupakan mahasiswa Universitas Texas di Dallas.
Komunitas umat Muslim di Seattle dan Dallas juga menjalankan program pengumpulan dana untuk memberikan donasi dan makanan bagi mereka yang membutuhkan pada masa pandemi ini, juga bagi para pekerja medis yang berada di garda terdepan melawan COVID-19, sebagai bentuk dukungan dari komunitas Muslim di masing-masing kota.