DIDADAMEDIA - Kabar baik disampaikan Badan Administrasi Pangan dan Obat-obatan Amerika Serikat, FDA yang memastikan Remdesivir cukup efektif menyembuhkan pasien yang terpapar Coronavirus Disease 2019 (COVID-19).
FDA memastikan Remdesivir sebagai obat yang bisa digunakan untuk pasien COVID-19. Setelah dilakukan serangkaian penelitian dan ujian, disimpulkan bahwa pasien COVID-19 yang mengonsumsi Remdesivir sembuh 4 hari lebih cepat dibandingkan pasien yang tidak meminum Remdesivir.
Adanya keputusan dari FDA ini, maka Remdesivir (Gilead) kini sudah bisa memproduksi dan mendistribusikannya secara luas.
BACA JUGA :
"Ini pengobatan virus Corona pertama yang mendapatkan pengakuan dari FDA. Kami bangga bisa menjadia bagiannya," ujar Komisioner FDA, Stephen Hahn seperti dilansir laman Tempo mengutip laporan Reuters, Sabtu (2/5/2020).
Remdesivir menunjukkan hasil positif ketika digunakan kepada pasien-pasien virus Corona. Meski bukan vaksin dan tidak menyembuhkan secara total, Remdesivir meringankan gejala Corona dan membantu pasien pulih lebih cepat. Selain itu, Remdesivir semakin ampuh apabila digunakan saat gejala Corona pada pasien belum terlalu parah.
Positifnya efek Remdesivir mendorong pemerintah Amerika Serikat untuk melakukan uji coba lebih lanjut terhadapnya. Hasilnya konsisten dengan temuan awal sehingga FDA memutuskan Remdesivir bisa digunakan untuk pengobatan pasien virus Corona.
Berdasarkan keterangan dari Gedung Putih, Gilead akan memproduksi 1,5 juta vial Remdesivir dalam waktu dekat. Jumlah pasien yang bisa ditanganinya, kurang lebih, 140 ribu orang tergantung seberapa lama mereka dirawat. Adapun 1,5 juta vial tersebut akan menjadi donasi dari Gilead, bukan produk yang dijual.
Untuk kloter produksi yang akan dijual, Gilead belum mengumumkan kapan produksi akan dimulai dan berapa jumlahnya. Bahkan, Gilead belum menentukan harganya.
Institusi Pengkajian Klinis dan Ekonomi memprediksi biaya produksi Remdesiviir, untuk 10 hari penggunaan, berada di kisaran US$10 (Rp150 ribu). Namun, apabila menghitung jumlah stok, besarnya kebutuhan, nilai riset, serta keefektifannya, maka diperkirakan harganya bisa melonjak hingga US$4500 atau setara Rp67 juta.
"Sebelumnya, Remdesivir hanya tersedia untuk pasien yang secara sukarela bersedia menjadi bagian dari tes klinis. Kurang lebih ada 181 rumah sakit di seluruh dunia, tak terkecuali 27 di Amerika, yang sudah menggunakannya," berdasarkan keterangan dari Gilead.
Sebagai catatan, per hari ini, Amerika memiliki 1.131.280 kasus dan 65.766 korban meninggal akibat virus Corona (COVID-19). Hal tersebut menjadikan Amerika sebagai episentrum virus Corona global.