Kemenperin Gandeng ITB Akselerasi Produksi Ventilator

kemenperin-gandeng-itb-akselarasi-produksi-ventilator Ilustrasi. (Net)

DIDADAMEDIA, Jakarta - Kementerian Perindustrian berkoordinasi dengan Institut Teknologi Bandung (ITB) serta tiga tim yang terdiri dari sejumlah perguruan tinggi serta perusahaan dalam pengembangan serta percepatan produksi ventilator atau alat bantu bernapas di tengah wabah COVID-19.

Selain ITB, ketiga tim tersebut adalah tim Universitas Indonesia (UI); tim Yogyakarta yang merupakan kolaborasi antara Universitas Gadjah Mada (UGM), PT Yogya Presisi Teknikatama Industri, PT STECHOQ, dan PT Swadaya Prakarsa; dan tim Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS).

“Kemenperin memfasilitasi percepatan produksi ventilator melalui kemudahan bahan baku dan komponen, alat uji dan kalibrasi, serta melakukan koordinasi dengan Kementerian Kesehatan untuk perizinan dengan tetap mengedepankan faktor keselamatan, kemanfaatan, dan moralitas,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita lewat keterangannya di Jakarta, Rabu (22/4/2020).

Sebagian besar dari kelompok tersebut mengembangkan ventilator tipe low cost dan akan mulai masuk dalam tahap produksi di bulan April. Sedangkan Tim Yogyakarta sedang mengembangkan jenis hybrid yang akan mulai memproduksi pada Mei-Juni.

Agus mengungkapkan bahwa saat ini merupakan momentum yang tepat bagi Indonesia untuk membangun sektor industri alat kesehatan dan farmasi yang mampu memproduksi ventilator sehingga mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri.

“Presiden telah mendorong agar Indonesia dalam jangka menengah dan panjang menjadi negara yang mandiri di sektor kesehatan dan kemampuan memproduksi ventilator merupakan salah satu prasyaratnya,” ungkapnya.

Agus menambahkan, sektor industri sedang melakukan refocusing untuk membantu upaya pemerintah dalam memperkuat sektor industri yang masuk dalam kategori high demand seperti alat kesehatan, obat-obatan, dan vitamin.

Sesuai dengan arahan Presiden, kebutuhan tersebut diharapkan dapat dipenuhi oleh industri dalam negeri.

“Kami yakin terhadap potensi dan kemampuan industri dalam negeri untuk memenuhi permintaan yang tinggi dan juga dapat mengurangi ketergantungan impor,” jelasnya.

Terkait hal tersebut, Kemenperin sedang mendorong produksi bahan baku obat dari herbal. Upaya ini diharapkan memberikan nilai tambah untuk industri farmasi di Indonesia dengan memanfaatkan potensi bahan-bahan herbal yang melimpah di dalam negeri.

Selain itu, sektor industri juga didorong untuk mampu melihat berbagai peluang yang dapat dikembangkan di tengah-tengah masa sulit akibat wabah COVID-19.

“Permintaan tinggi di sektor makanan dan minuman adalah peluang bagi industri tersebut untuk tetap bertahan dalam situasi ini,” ungkapnya.

Editor: redaktur

Komentar