Tragedi TPA Leuwigajah Jadi Pengingat Pentingnya Kelola Sampah

tragedi-tpa-leuwigajah-jadi-pengingat-pentingnya-kelola-sampah Ilustrasi. (Antaranews.com)

DIDADAMEDIA, Bandung - Peristiwa longsor di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Leuwigajah, Kota Cimahi, 15 tahun silam yang banyak menelan korban meninggal dunia, jadi cambuk bagi masyarakat terkait persoalan sampah.

Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung pun bergerak agar peristiwa tersebut tidak terulang. Bertempat di Pendopo Kota Bandung, tepat di tanggal 21 Februari terjadinya longsor TPA Leuwigajah, menggelar acara puncak 'Hari Peduli Sampah Nasional' (HPSN). Pejabat Sementara Direktur Utama PD Kebersihan Kota Bandung, Gungun Saptari mengatakan peristiwa tersebut menjadi pelajaran bagi banyak pihak terkait sampah.

"Terlebih faktanya sudah tidak mudah mencari TPA yang semakin lama semakin penuh. Hingga akhirnya kami bergerak dengan salah satunya membuat miniatur pengolahan sampah di Pendopo Kota Bandung yakni Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Pendopo. Langkah tersebut merupakan sebuah jawaban atas tragedi Leuwigajah," ungkapnya di Pendopo Kota Bandung, Jumat (21/2).

Ia juga mengajak masyarakat untuk segera mengurangi sampah dari sumbernya dan bisa dimanfaatkan. "Sehingga yang dibuang ke TPS (Tempat Pembuangan Sementara) atau TPA itu nantinya murni sisa yang tidak termanfaatkan, meskipun ini perlu proses," ujarnya.  

Apalagi, katanya, secara penduduk populasi terus bertambah, otomatis sampah ikut naik. "Kalau bicara timbunan sampah belum turun, tapi presentase kenaikannya turun. Tahun kemarin presentasi rata-rata 10% dan tahun kemarin rata-rata 4%, kini perharinya sampah yang dibuang ke TPS sekitar 1300 ton perhari," jelasnya.

Kendati demikian, diakuinya sekarang ini tercatat ada 147 RW yang tergerak untuk menjadikan kawasannya terapkan Kang Pisman yakni Kurangi Pisahkan dan Menfaatkan. "Karena kuncinya harus ada penggerak di level lokal," tuturnya.

Pemkot Bandung pun tengah menyiapkan anggaran jika ada warga Kota Bandung yang ingin memiliki pengolahan sampah. Prinsipnya, tambah Gungun, Kota Bandung  memiliki  Program Inovasi Pembangunan dan Pemberdayaan Kewilayahan (PIPPK).

"Bahkan tahun ini 10% dari anggaran PIPPK digunakan untuk lingkungan. Salah satunya pengadaan pengolahan sampah dikewilayahan. Selanjutnya tinggal bagaimana masyarakat dan Pemerintah bisa terkonek. Anggaran sudah ada, Pemerintah pun sial tinggal bagaimana masyarakat bisa memanfaat itu," tambahnya.

Untuk itu, kehadiran miniatur TPST Pendopo menjadi contoh bagi masyarakat yang ingin memiliki pengolahan sampah dirumah atau lingkungan kewilayahan. Pengolahan tersebut memiliki beragam cara mengolah sampah mulai dari pencacah plastik, membuat kompos hingga magot.

"Yang paling mudah itu ada pipa kompos atau di sini (Pendopo) dinamakan Lodong Sesa Dapur. Warga dapat membuatnya dipekarangan atau di pot. Pembuatannya hanya membutuhkan pipa, kemudian ditanam di tanah dengan kedalaman beragam tergantung keinginan. Dan kita bisa memasukan sisa-sisa makanan yang akan menjadi kompos. Tinggal dibiarkan saja, sampah rumah tangga pun akhirnya memiliki manfaat," tuturnya.

Editor: redaktur

Komentar