DIDADAMEDIA, Jakarta - Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengaku belum melihat dampak yang signifikan mewabahnya virus corona terhadap aliran investasi China yang masuk ke Indonesia.
Namun, Bahlil mengatakan pemerintah mengkaji langkah-langkah yang akan dilakukan untuk mengantisipasi potensi turunnya investasi asal China ke Tanah Air.
"Kemarin saya katakan bahwa virus corona ini sesuatu yang memang berdampak tidak hanya Indonesia tapi juga ke semua negara. Seberapa besar dampaknya terhadap investasi, untuk satu bulan pertama saya melihat belum ada dampak signifikan," katanya ditemui seusai rapat kerja dengan DPD RI di Jakarta, Rabu (5/2/2020).
Bahlil menuturkan jika dampak mewabahnya virus corona tidak juga dapat teratasi dalam waktu dua bulan ke depan, ia khawatir dampaknya akan meluas hingga ke aliran investasi yang masuk.
"Terutama pada realisasi investasi dari Tiongkok, karena realisasi investasi Tiongkok itu sekarang nomor dua setelah Singapura. Kami sedang mengkaji secara detail langkah-langkah yang akan kita lakukan untuk mengantisipasi virus corona ini," imbuhnya.
Mantan Ketua Hipmi itu mengatakan pemerintah tentu akan melakukan upaya antisipasi menurunnya investasi China. Kendati demikian, Bahlil masih belum mau mengungkapkan rinciannya. "Nanti tunggu realisasi investasi triwulan pertama saja. Insya Allah ada banyak jalan," pungkasnya.
Sepanjang 2019, China menjadi negara kedua yang paling banyak menanamkan modal di Indonesia dengan total 4,7 miliar dolar AS. Negara tirai bambu itu berada di bawah Singapura yang investasinya mencapai 6,5 miliar dolar AS, disusul Jepang dengan 4,3 miliar dolar AS, Hong Kong 2,9 miliar dolar AS, dan Belanda sebesar 2,6 miliar dolar AS.
Sebelumnya, dalam ratas di Istana Bogor, Selasa, Presiden Jokowi meminta kalkulasi cermat atas penyebaran virus corona terhadap perekonomian Indonesia. "Dikalkulasi secara cermat dampak dari kebijakan ini bagi perekonomian kita, baik dari sektor perdagangan investasi dan pariwisata," katanya.
Terkait dengan sektor perdagangan, Presiden Jokowi mengatakan bahwa China merupakan tujuan ekspor pertama dengan pangsa pasar 16,6 persen dari total ekspor Indonesia, tapi juga sekaligus negara asal impor terbesar Indonesia.
"Karena itu betul-betul harus diantisipasi dampak dari virus corona dan perlambatan ekonomi di RRT (Republik Rakyat Tiongkok) terhadap produk ekspor kita," ungkap Presiden.
Presiden Jokowi juga melihat ada peluang untuk Indonesia dalam memanfaatkan ceruk pasar ekspor di negara-negara lain yang sebelumnya banyak mengimpor produk yang sama dari China.