DIDADAMEDIA, Bandung - Ketersediaan air di Kota Bandung mulai kritis, untuk itu masyarakat Kota Bandung diimbau untuk bijak dalam menggunakan air. Bahkan, 12 kecamatan di Kota Bandung tercatat masuk wilayah yang debit airnya sangat minim.
"Kota Bandung termasuk daerah ketiga dengan kondisi kritis air di Jawa Barat. Indikator minimnya debit air yakni 60-80% permukaan tanah menurun dan itu terjadi di Kota Bandung," papar Salman Faruq selaku Kepala Seksi Konservasi Air, Tanah, dan Keanekaragaman Hayati Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Bandung seusai acara Bandung Menjawab di Taman Sejarah, Jalan Aceh, Selasa (02/12/2019).
Lebih jauh ia mengatakan, berdasarkan kajian tahun 2017 kondisi kritisnya air di Kota Bandung semakin meluas. "Tidak hanya 12 Kecamatan saja, paling parah kawasan yang memang sejak dulu tercatat sebagai daerah kritis air yakni Andir dan Sukajadi. Yang pasti kondisi minimnya air terjadi di daerah padat pendudukan serta arah barat ke selatan yang juga merupakan kawasan industri," terangnya.
Dalam upaya mencegah terjadinya kritis air yang berkepanjangan, DLHK beserta pihak terkait Kota Bandung terus melakukan langkah kongkret sebagai alternatif tersedianya air. Salah satunya lewat pembuatan sumur serapan, pertahunnya Pemkot Bandung membuat 7-10 sumur serapan di kawasan rawan kekeringan.
"Untuk anggaran pertahunnya disiapkan sekitar Rp 400 juta. Sementara untuk kedalaman dibuatkan dua tipe yakni 20 meter dan 60 meter. "Kita lakukan pengeboran untuk sumur resapan tersebut, sampai saat yakni sekitar 50 sumur serapan dibuat oleh Pemkot," terangnya.
Sumur resapan merupakan salah satu teknologi untuk menampung air dengan cara membuat lubang yang lebih tinggi dari permukaan air tanah. Sumur tersebut berbeda dengan sumur air minum yang kedalamannya harus lebih rendah dari permukaan air tanah.
Sumur resapan berfungsi sebagai wadah penampung air hujan agar dapat meresap ke dalam tanah. Tak hanya itu, sumur resapan juga bermanfaat untuk mencegah erosi dan banjir. Konstruksinya dirancang agar dapat menahan air agar tidak mengalir percuma.
"Sumur resapan yang Kita buat biasanya kita mencari bangunan milik pemerintah, bisa sekolahan atau juga bangunan publik lainnya. Dan biasanya bangunan milik pemerintah atapnya lebih lebar dan dapat menampung air hujan lebih banyak," jelasnya menambahkan.
Ditegaskannya, selama ini dimana ketersediaan Kota Bandung untuk debit air tanah cukup minim. Ditambah lagi, lanjutnya, masyarakat banyak yang mengandalkan air tanah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
"Karena itulah disini saya himbau masyarakat bisa lebih memanfaatkan air hujan lewat sumur resapan tersebut. Cara lain, hindari penggunaan air yang berlebihan, atau kita bisa menggunakan air bekas mencuci atau wudhu untuk kebutuhan diluar tubuh. Misalnya, saat akan mencuci mobil atau menyiram tinja bisa menggunakan air hujan, bekas mencuci dan wudhu," jelasnya.