DIDADAMEDIA, Bogor - Pemerintah Provinsi Jawa Barat berkomitmen terus menjaga pelestarian Cagar Biosfer Cibodas yang sudah ditetapkan UNESCO sejak tahun 1977.
"Kabupaten Bogor, Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Cianjur telah ditunjuk menjadi UNESCO dimana Cagar Biosfer Cibodas saat itu merupakan bagian dari Cagar Biosfer dunia dan pertama kali ditetapkan," kata Sekda Jabar Iwa Karniwa saat membuka Rapat Pengelolaan Cagar Biosfer Cibodas dengan tema Branding Produk dan Pemberdayaan Masyarakat di Kawasan Cagar Biosfer Cibodas di Aula Kantor BKPP Wilayah I Provinsi Jawa Barat, Senin (5/11/2018).
Cagar Biosfer adalah kawasan yang ideal untuk menguji dan mendemonstrasikan pendekatan-pendekatan pada pembangunnan tingkat regional. "Karena kawasan ini mencirikan adanya keselarasan antara pembangunan ekonomi, pemberdayaan masyarakat dan konservasi lingkungan," ungkapnya.
"Konsep pengolahan Cagar Biosfer sejalan dengan komitmen Pemerintah Provinsi Jawa Barat, yang telah menetapkan kawasan lindung dengan proporsi 45 persen dari luas wilayah provinsi," tuturnya dalam siaran pers yang diterima DIDADAMEDIA.
Pengelolaan Cagar Biosfer dibagi dalam tiga zonasi area. Pertama area inti, ada di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango yang merupakan kawasan hutan konservasi.
"Kedua dan ketiga, area penyangga dan area transisi berupa kawasan hutan, kawasan perkebunan, lahan milik serta lahan lainnya yang telah dibebani hak di wilayah Kabulaten Bogor, Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Cianjur," papar Iwa.
Dengan demikian Jawa Barat harus merasa bangga dengan adanya Cagar Biosfer Cibodas sebagai potensi alam untuk pemberdayaan masyarakat. Sehingga Iwa meminta pada pihak terkait untuk melakukan rekapitulasi, membuat action plan tentang sosialisasi dan produk, mengalokasikan anggaran dan segera lakukan langkah-langkah koordinasi dengan berbagai pihak untuk mempermudah branding.
Kepala Bidang Koordinasi Pembangunan BKPP Wilayah I Jawa Barat, Supriatno mengatakan rapat ini merupakan agenda tahunan yang berkaitan dengan pengelolaan Cagar Biosfer Cibodas. Wilayah ini dirasa penting sebagai wahana penelitian, wisata, pendidikan dan pemberdayaan masyarakat disekitar Cagar Biosfer Cibodas.
Selain itu, Ketua Komite Nasional MAB UNESCO Indonesia/Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Hayati Lembaga Ilmu, Enny Sudarmonowati menuturkan terdapat 686 cagar di 122 negara, salah satunya Cagar Biosfer Cibodas. Umurnya sudah mencapai 40 tahun dibandingkan dengan cagar di daerah dan negara lain.
Maka Enny berpendapat bahwa pentingnya branding dalam pengenalan produk-produk dan destinasi dari cagar untuk pemberdayaan masyarakat. Terdapat potensi alam yang mampu menjadi daya tarik dan dicari-cari seperti kesemek, kupalandak, arbei dan tanaman artemesia untuk obat-obatan. Tanaman hias (PVT) seperti bunhan lipstick.
Sehingga sebagai tindak lanjut Enny mengungkapkan beberapa hal. Diantaranya walaupun sudah menjadi model Cagar Biosfer di Indonesia pengelola Cagar Biosfer Cibodas perlu berkoordinasi lebih intensif dengan para pihak, branding perlu lebih babyak lagi dilakukan menyangkut akomodasi dan jasa lingkungan (dikaitkan ISO 26000), perlu iptek dan inovasi untuk meningkatkan nilai tambah produk/jasa.
Lalu, perlu lebih banyak program sosialisasi dan "awareness dengan melibatkan generasi muda dan usia dini untuk membuat publikasi lebih menarik. Adanha kontribusi swasta/industri perlu ditingkatkan dan perlu melakukan komunikasi/monitoring/pertemuan koordinasi dan teknis lebih rutin.