DIDADAMEDIA, Bandung - Perkembangan global, termasuk isu trade war antara Amerika Serikat (AS) dan China berimbas pada perekonomian Indonesia. Terdepresiasinya rupiah menjadi salah satu bukti imbas itu. Kondisi itu pun ternyata berdampak pada iklim investasi. Di Jabar, investasi, mengalami pertumbuhan yang lebih lambat.
Data Bank Indonsia (BI) yang terangkum dalam Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Jabar, menunjukkan, pada Triwulan II 2018, nilai investasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) di Tatar Pasundan sejumlah Rp 8,48 triliun. Angka itu tumbuh lebih lambat 28,09 persen daripada periode sama tahun sebelumnya.
Penyumbang terbesar perlambatan investasi PMDN yaitu terdapat pada industri utama. Antara lain industri kertas, jasa konstruksi, dan elektronik.
Namun, kondisi yang sedikit menggembirakan yaitu terjadinya pertumbuhan Penanaman Modal Asing (PMA) meski tipis. Pada Triwulan II 2018, data BI menggambarkan, total investasi PMA di Bumi Parahyangan bernilai 1,02 miliar dolar AS.
Nilai investasi PMA di Jabar itu perbandingannya dengan periode sama 2017, tumbuh tipis, sebesar 4,08 persen. Akan tetapi, perbandingannya dengan Triwulan I 2018, investasi PMA mengalami perlambatan. Pada Triwulan I tahun ini, investasi PMA di Jabar tumbuh 48,33 persen.
Lebih lambatnya investasi PMA pada Triwulan II 2018 daripada Triwulan I 2018 terjadi pada hampir seluruh sektor utama. Antara lain, otomotif, elektronik, karet-plastik, real estate, dan makanan.
Editor: redaktur