DIDADAMEDIA, Jakarta - PT Kereta Api Indonesia (KAI) (Persero) menerbitkan obligasi yang kedua senilai Rp2 triliun, yang salah satu tujuannya untuk mengganti seluruh kereta api yang berusia 30 tahun lebih.
“Kami harap, obligasi kedua kalinya ini, penggunaannya untuk meremajakan kereta-kereta yang memang usianya sudah 30 tahun lebih,” kata Direktur Utama PT KAI (Persero), Edi Sukmoro pada Investor Gathering Obligasi II KAI di Jakarta, Senin (11/11/2019).
Dia menyebutkan, terdapat 672 kereta yang usianya 30 tahun lebih, yang terdiri atas kereta penumpang, makan, bagasi, dan pembangkit.
“Ini akan kami ganti oleh kereta-kereta baru untuk memberikan pelayanan lebih baik dan memang sarana atau armada yang kami miliki perlu diganti,” katanya. Edi menuturkan penggantian kereta-kereta tersebut guna menambah sisi keselamatan, keamanan, serta kenyamanan penumpang.
Pada tahap pertama, PT KAI (Persero) mendatangkan 300 kereta, Pengiriman selanjutnya pun secara bertahap pada 2020. “Harapan kami, pada 2020, peremajaan tuntas, sehingga penumpang merasa ada peningkatan,” katanya.
Pada Januari 2020, ia menargetkan peremajaan 4 rangkaian. Satu di antaranya, termasuk kereta daerah (KRD) dan kereta bandara, seperti KA Bandara Solo dan Minangkabau.
“Pertama, seluruh kereta menggunakan sistem trainset (rangkaian), jadi tidak ada yang dilepas-lepas. Setiap rangkaian terdiri atas kereta tempat duduk untuk penumpang, kereta makan, kereta pembangkit di dalamnya. Jadi intinya adalah semua yang 30 tahun lebih, secara bertahap, kami ganti oleh kereta baru,” katanya.
Direktur Keuangan PT KAI (Persero), Didik Hartanto, menambahkan, saat ini daya beli masyarakat naik berpengaruh pada meningkatnya penjualan KA Eksekutif. Karenanya, kata dia, perlu adanya peremajaan. Menurutnya, pertumbuhan kereta eksekutif paling tinggi, hingga November 2019, mencapai 40 persen
“Jadi, pola investasi yang kami bangun sekarang adalah jangka panjang. Itu karena pada masa mendatang kami ingin kereta yang bagus-bagus, yang nyaman ,” urainya,
Dia menambahkan, sifat jangka panjang menjadi alasan pihaknya menerapkan pola pembiayaan yang bersumber pada obligasi.