DIDADAMEDIA, Jakarta - Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Rosan P Roeslani meminta pemerintah menjaga daya beli masyarakat di tengah pertumbuhan ekonomi nasional yang melambat, yakni sebesar 5,02 persen pada kuartal III 2019.
Rosan menilai pemerintah harus bisa membuat kebijakan yang berdampak langsung dalam menjaga daya beli masyarakat, mengingat konsumsi domestik masih menopang untuk pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depannya.
"Konsumsi domestik kita (kontribusinya terhadap pertumbuhan) kurang lebih 55 persen, itu saja sudah 3 persen dari pertumbuhan. Sementara, investasi dan ekspor cukup challenging, jadi yang memang perlu dijaga konsumsi domestik, daya beli masyarakat," kata Rosan usai menghadiri Rakornas Kadin di Jakarta, Selasa (5/11/2019).
BACA JUGA :
Rosan menjelaskan kalangan pengusaha sebetulnya sudah memprediksi bahwa tahun ini pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya berkisar lima persen karena perekonomian dunia yang juga melambat, serta koreksi angka pertumbuhan ekonomi oleh IMF dan Bank Dunia.
Menurut dia, posisi Indonesia yang bukan bagian dari global value chain membuat laju perlambatan ekonomi yang dialami tidak terlalu terpuruk, berbeda dengan negara-negara lain seperti India, China, dan Singapura.
Di tengah perlambatan pertumbuhan ekonomi, Rosan menilai pengusaha cenderung menahan diri untuk melakukan ekspansi karena permintaan melemah.
"Begitu demand lemah, kita tidak akan ekspansi, pasti kita akan tahan. Kita sudah prediksi perekonomian akan stagnan, apakah kita akan ekspansi, ya tidak," kata Rosan.
Adapun Badan Pusat Statistik (BPS) merilis perekonomian Indonesia pada kuartal III 2019 tumbuh 5,02 persen (year on year). Secara kumulatif, pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2019 tumbuh 5,04 persen.
Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi didukung konsumsi rumah tangga yang tumbuh 5,01 persen, konsumsi lembaga non profit rumah tangga (LNPRT) 7,44 persen dan pembentukan modal tetap bruto (PMTB) 4,21 persen.
Selain itu, konsumsi pemerintah yang tumbuh 0,98 persen, ekspor 0,02 persen dan impor yang terkontraksi 8,61 persen ikut memberikan kontribusi kepada perekonomian pada triwulan III 2019.
Pertumbuhan konsumsi rumah tangga didukung oleh peningkatan penjualan eceran riil untuk suku cadang dan aksesoris, perlengkapan rumah tangga lainnya serta makanan, minuman dan tembakau dan sandang.
Selain itu, konsumsi juga terbantu oleh peningkatan volume penjualan listrik PT PLN ke rumah tangga serta tingginya nilai transaksi kartu debit, kredit dan uang elektronik.
Berdasarkan struktur PDB, konsumsi rumah tangga menyumbang kontribusi tertinggi kepada perekonomian nasional yaitu sebesar 56,52 persen diikuti PMTB 32,32 persen.