DIDADAMEDIA - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Kalbar menyebutkan berdasar data survei, literasi masyarakat terhadap pasar modal di Indonesia saat ini baru mencapai 4,4 persen.
“Literasi atau pemahaman masyarakat masih perlu ditingkatkan. Itu karena masih rendah. Hal ini menjadi perhatian kami, termasuk Bursa Efek Indonesia, Sekuritas dan Emiten,” ujar Kapala Bagian Pengawasan Lembaga Jasa Keuangan OJK Kalbar, Budi Rahman saat kegiatan Investival Syariah di Pontianak, Rabu.
Meski literasi pasar modal secara umum masih rendah, namun tren pertumbuhan pasar modal khususnya terhadap produk syariah kian signifikan.
Ia mencontohkan dari sisi total aset pasar modal syariah, pertumbuhannya lebih tinggi dari sektor perbankan.
“Data terbaru dari total aset keuangan syariah pasar modal syariah memiliki andil 56,2 persen. Andil tersebut bahkan mengalahkan perbankan syariah yang hanya 36 persen,” papar dia.
Secara umum, tingkat inklusi di Kalbar, kata dia, berada pada level 29,66 persen. Angka itu lebih rendah daripada level nasional sebesar 35, 55 persen.
“Sedangkan tingkat inklusi di Kalbar yakni sebesar 67,82 persen, melebihi inklusi nasional yang hanya 65,45 persen. Soal data literasi dan inklusi 2019, kami masih menunggu,” kata dia.
Pihaknya optimistis, bahwa berdasarkan data, tingkat literasi dan inklusi baik level nasional maupun Kalbar, berpeluang meningkat.
“Kita bersama pihak laimmua, terus mendorong agar literasi dan inklusi keuangan di Kalbar lebih tinggi dan maksimal sehingga berdampak pada peningkatan ekonomi masyarakat,” papar dia.
Soal Investival Syariah yang digelar Bursa Efek Indonesi (BEI) Perwakilan Kalbar dan didukung pihaknya, Universitas Muhammdiyah Pontianak, serta sejumlah pihak lainnya, tentu menjadi bagian upaya sosialisasi dan edukasi pasar modal.
“Kegiatan seperti ini yang bisa mendorong literasi dan inklusi industri keuangan yang ada di Kalbar. Kami sangat mendukung dan apresiasi. Memang setiap Oktober atau bulan inklusi ini, pelaku industri keuangan gencar sosialisasi dan edukasi,” jelas dia.