DIDADAMEDIA - Korban jiwa akibat topan paling kuat yang menerjang Jepang selama beberapa dasawarsa naik jadi 58 Selasa (15/9/2019), saat petugas pertolongan menerobos lumpur dan puing dalam pencarian suram untuk menemukan orang yang hilang.
Sementara itu ribuan rumah belum memperoleh listrik dan air. Lima-belas orang masih belum ditemukan setelah Topan Hagibis menerjang Jepang Timur dan Tengah, kata lembaga penyiaran nasional NHK. Lebih dari 200 orang cedera akibat topan tersebut, yang namanya berarti "cepat" dalam Bahasa Tagalog.
Sebanyak 138.000 rumah tak memperoleh air, sementara 24.000 tanpa listrik, jauh di bawah ratusan ribu yang mulanya tak mendapat pasokan listrik, kata Reuters --yang dipantau Antara di Jakarta, Selasa. Tapi kondisi tersebut tetap menimbulkan keprihatinan di daerah utara, tempat temperatur turun.
Jumlah korban jiwa paling banyak di Prefektur Fukushima di sebelah utara Tokyo, tempat tanggul jebol di sedikitnya 14 tempat di sepanjang Sungai Abukuma, yang berliku-liku melalui sejumlah kota besar di prefektur yang kebanyakan penghasil produk pertanian.
Sedikitnya 18 orang tewas di Fukushima, termasuk seorang ibu dan anaknya yang terjebak di air banjir. Putra perempuan itu, yang juga bersama dia di tengah banjir, masih belum ditemukan.
Beberapa penyintas menggambarkan bagaimana air naik dengan cepat sampai setinggi dada dalam waktu satu jam dan terutama pada malam hari, sehingga membuat sulit warga untuk menyelamatkan diri ke dataran yang lebih tinggi. Banyak orang yang tewas di Fukushima adalah orang yang berusia lanjut, kata NHK.
"Saya tak bisa percaya, air datang sangat cepat," kata seorang pria di Fukushima kepada NHK.
Perdana Menteri Shinzo Abe memperingatkan dampak ekonomi bisa berkepanjangan.