DIDADAMEDIA, Bandung - Siapa sangka, sebuah agenda tak terencana bisa membawa anugerah bagi Kushenryk Napiana.
Sembilan bulan lalu, pria asal Kampung Rajapolah Kabupaten Garut ini terpaksa ke Kota Wamena Kabupaten Jayawijaya Provinsi Papua untuk bekerja mengikuti ayah mertua dan kakak iparnya.
Namun, selama sembilan bulan itu Wamena perlahan menjelma menjadi sumber rezeki bagi Kushenryk. Sebuah rumah kontrakan di Jalan SD Percobaan Distrik Wamena Kota bak istana baginya.
Selain itu, Kushenryk menemukan kebahagiaan lain dari pertemanannya bersama warga lokal di Wamena. "Orang-orang (Papua) kaget, melihat nama dan muka saya, hahaha," ujar Kushenryk semringah.
Saat dihubungi Humas Jabar pada Rabu (9/10/19) itu, Kushenryk pun berkelakar bahwa dirinya punya dua nama. Yakni 'Engkus' --dari awalan Kus-- sebagai nama khas Sunda, dan Henryk alias Kak Henryk yang mewujud sebagai panggilan akrabnya dari warga Papua.
"Kalau muka, mereka (warga lokal) bilang muka saya tidak seperti orang Sunda," ucap Henryk.
Adapun, Engkus alias Kak Henryk ini adalah salah satu dari 71 warga Jawa Barat (Jabar) yang memilih pulang ke kabupaten/kota masing-masing usai terdampak kerusahan Wamena.
Meski begitu, pria berusia 33 tahun ini menegaskan bahwa dirinya bukan pulang karena terancam oleh warga Papua, maupun karena dipaksa pulang oleh Pemerintah Daerah Provinsi (Pemdaprov) Jabar.
Keluarga. Hanya itulah satu-satunya alasan Henryk kembali ke Garut. "Jadi saya pulang sekarang ini bukan (untuk) memulihkan trauma, tapi mau menyampaikan ke keluarga kalau saya baik-baik saja dan masih sanggup pergi ke sana (Wamena)," tegas Henryk.
Suami bagi Iin Indrawati serta ayah dari Aditya Putra Pratama dan Fauziatasya Arijanu ini pun mengatakan, warga Wamena begitu terbuka dan ramah terhadap pendatang, termasuk warga Jabar yang identik dengan budaya Sunda.
"Saya banyak teman di sana (Wamena), (pulang) mereka pun telepon terus, posisi (sudah) di mana," katanya.
"Kesukaan saya adalah hipere, ubi jalar bakar khas di sana. Selain itu, Wamena juga seperti Garut, (keduanya) daerah pegunungan," ujar Henryk semangat.
Pria yang berprofesi sebagai pedagang ini pun berujar bahwa orang-orang tidak akan kecewa jika berkunjung ke Wamena. Pasalnya, banyak titik menarik dan indah yang bisa memanjakan mata.
"Enak suasananya, orangnya juga baik-baik. Pemandangannya itu kalau dilihat (seperti) Instagramable. Cuma kalau pecinta (menggunakan) gadget, (di sana) jaringan jelek, hanya satu yang bisa," ucapnya menyebut satu nama provider nasional sembari tertawa.
"Kalau mau hidup sederhana, mending ke Wamena. Di sana, kami makan sayuran organik tanpa pestisida. Kotanya juga ramai, ad pendatang dan warga lokal yang selalu (saling) menyapa," kata Henryk.
Kini, langkah kaki Henryk pun mengantarkannya kembali ke Jabar. Sebelum bertemu keluarga tercinta, dia pun antusias bertemu sosok Gubernur Jabar Ridwan Kamil dalam acara penyambutan warga Jabar dari Papua di Gedung Pakuan Kota Bandung, Rabu (9/10) malam.
"Dari dulu jadi Wali Kota (Bandung), saya sudah follow Instagram (Ridwan Kamil). Saya senang dengan kinerja beliau. Lanjutkan Kang! Biar Jabar Juara beneran," seru Henryk.
Dan, membayangkan rumah asrinya di Garut, dia pun tak sabar untuk segera bertemu malaikat kecilnya yang masih berusia kurang dari dua tahun.
"Anak lagi lucu-lucunya, nanti berusia dua tahun pada Januari (2020). Kalau ke istri, saya tidak minta dibuatkan (masakan) apa-apa, haha. Tidak usah merepotkan," ujar Henryk.
Nah, selama lebih dari 10 jam perjalanan Sentani-Jakarta-Cimahi-Bandung, apakah oleh-oleh yang bisa dibagikan Engkus alias Kak Henryk?
"Cucian kotor semua hahaha. Tapi banyak yang ingin saya ceritakan, orang Wamena betul-betul peduli sama orang Sunda," kata Henryk.
"Yang pasti, alhamdulillah saya sudah segar lagi (setelah perjalanan). Awalnya seminggu flu selama di pengungsian (BTN Sosial Sentani), (sembuh) mungkin setelah tercium wangi Surga (tiba di Jawa). Senanglah pokoknya," ujarnya mengakhiri.