DIDADAMEDIA, Bandung - Dinas Pangan dan Pertanian (Dispantan) Kota Bandung mencatat pada Triwulan 2 yang berakhir pada Juni, ada 9 kasus yang ditemukan dari 4.584 sample makanan mengandung bahan formalin dan boraks.
Kandungun berbahaya tersebut banyak ditemukan di Ikan Asin, Kikil dan Udang Rebon (Ebi). Sementara berdasarkan catatan pada Triwulan 3 sampai dengan awal bulan ini penemuan masih sama yakni 9 kasus dari 3124 kasus.
"Hanya saja sekarang bukan untuk kasus ditemukannya boraks dan formalin, melainkan bakteri salmonella. Untuk kasus tersebut banyak ditemukan pada usus sapi/ayam dan jeroan lainnya," kata Ermaliah Kepala Bidang Keamanan Pangan Dispantan Kota Bandung di Balai Kota Bandung.
Bakteri Salmonella ialah kelompok bakteri yang menyebabkan tifus dan juga menyebabkan makanan menjadi beracun. Karena itu, Ermaliah mengatakan agar masyarakat hati-hati dalam memiliki dan mengolah makanan.
Dijelaskannya, kasus yang saat ini banyak terjadi memang bukan lagi pada kandungan zat kimia, melainkan dari sisi higenis makanan itu.
"Banyak faktor bakteri salmonella ini berkembang, salah satunya dari olahan yang salah. Misalnya saat merebus daging atau jeroan tidak matang, karena itu jangan dibiasakan makan makanan/daging yang setengah matang. Selain itu upayakan untuk mencuci bersih setiap bahan baku makanan. Bisa jadi bakteri muncul karena saat proses pencucian tidak bersih," paparnya.
Bakteri salmonella banyak menyerang dan menyebabkan Tifoid atau Tipus, sayangnya, masyarakat belum banyak yang paham tentang kasus ini.
"Jadi kuncinya salah satunya ada pada apa yang kita makan. Bakteri Tifoid tidak hanya ada pada daging dan jeroan, tapi juga pada buah-buahan dan bisa tertular karena air atau penyimpanan tidak bersih jadi bakterinya tumbuh,"
"Selain itu juga hati-hati dalam mengkonsumsi susu dan ikan yang juga bisa tertular bakteri salmonella. Yang jelas, kuta harus pintar dalam memilih makanan untuk dikonsumsi, olah dan simpanlah dengan baik," ujarnya.