Polisi Cari Indikator Penyebab Bandung Kota Termacet

polisi-cari-indikator-penyebab-bandung-kota-termacet Kemacetan panjang di Kota Bandung. (Net)

DIDADAMEDIA, Bandung - Belum lama ini survei Bank Pembangunan Asia (Asian Development Bank/ADB) menyebut Bandung sebagai kota termacet dengan mengalahkan Jakarta dan Surabaya.

Bahkan disebut dalam survey itu Kota Bandung tercatat di peringkat ke-14 dari kota termacet di Asia. Pada survei tersebut,  278 kota yang diteliti, rata-rata kemacetan seluruh kota 1,24, yang artinya diperlukan waktu 24% lebih banyak untuk melakukan perjalanan di jam sibuk.

Kemacetan bisa lebih parah di kota-kota besar. Kemacetan rata-rata mencapai 1,51 untuk 24 kota terbesar dengan populasi di atas 5 juta.

Kota Bandung berada di posisi ke-14 dari 24 kota sampel dengan populasi lebih dari 5 juta penduduk. Kemacetan di Bandung lebih parah dibandingkan Jakarta yang berada di posisi ke-17 dan Surabaya ke-20.

Terkait dengan itu, Polisi dalam hal ini jajaran Ditlantas Polrestabes Bandung menyebut masih mencari indikator yang menyebabkan Bandung kota termacet.

"Dalam survei ini kami mencari indikator dilihat dari sisi mana Bandung sebagai kota termacet," kata Kasatlantas Polrestabes Bandung Kompol Bayu Catur Prabowo di Mapolrestabes Bandung, Jalan Jawa, Kota Bandung, Rabu (9/10/2019).

Bayu menyebut, Bandung belum dapat dikatakan sebagai kota paling macet. Itu terlihat dari traffic light, dimana ia menyebutkan kendaraan belum sampai 5-7 kali terjebak lampu merah di waktu yang sama.

"Kalau tiga sampai empat kali di lampu merah posisi sama mungkin iya," kata dia.

Dirinya memaparkan, belum efektifnya moda transportasi menjadi salah satu faktor yang mungkin menyebabkan Bandung macet.

"Ini jadi salah satu indikator bahwa masyarakat yang bergerak dari satu titik ke titik lain dengan menggunakan kendaraan umum berarti jumlah kendaraan yang ada di lapangan ini semakin berkurang," tuturnya.

Selain itu, banyaknya pertumbuhan kendaraan namun kondisi jalur di Kota Bandung tak banyak mengalami perubahan. "Kalau mau dilebarkan ke mana lagi, situasinya seperti itu," ucap dia.

Bayu menyatakan, pertumbuhan kendaraan di Bandung tiap tahunnya bisa mencapai 10 persen. Bila dibandingkan dengan kondisi jalanan di Bandung, hal itu kurang memadai.

Adapun upaya yang dilakukan pihaknya untuk melakukan pemecah kemacetan, dengan cara melakukan rekayasa lalu lintas. "Karena jalan tidak bisa bertambah lebar, upaya yah rekayasa," katanya.

Beberapa titik sudah dilakukan rekayasa lalu lintas salah satunya di kawasan Sukajadi-Cipaganti. Menurut Bayu, rekayasa di kawasan tersebut sudah membuahkan hasil.

"Jalur Sukajadi nggak terlalu macet begitu juga Cipaganti dan Cihampelas. Itu salah satu upaya yang kita lakukan. Kita lakukan rekayasa," kata Bayu.

Kemudian dia juga telah melakukan penertiban parkir-parkir liar juga jadi salah satu upaya untuk menekan kemacetan di Bandung.

Upaya lainnya yakni dengan memberi sosialisasi kepada masyarakat pengguna jalan. Pihaknya meminta agar para pengguna jalan sama-sama saling menghargai dan memiliki kesadaran akan tertib lalu lintas.

"Kalau masyarakat sudah merasa memiliki, merasa harus lebih tertib, harus bisa hargai pengguna jalan lain, Insya Allah mungkin yang namanya macet, suara klakson, tidak akan terdengar lagi di Kota Bandung," tuturnya.


Editor: redaktur

Komentar