Tingkat Kesadaran Masyarakat Miliki Septic Tank Masih Rendah

tingkat-kesadaran-masyarakat-miliki-septic-tank-masih-rendah Ketua Paguyuban Camat Kota Bandung, Firman Nugraha. (Tri Widiyantie/PINDAINEWS)

DIDADAMEDIA, Bandung - Baru 30 persen warga Kota Bandung yang memiliki septic tank komunal yang baik, sisanya masih didominasi warga yang membuang tinja ke sungai. Kondisi tersebut tentu saja akan semakin memperburuk masalah kesehatan di Kota Bandung.

Ketua Paguyuban Camat Kota Bandung, Firman Nugraha, mengatakan pihaknya telah melakukan beragam upaya agar warga sadar akan pentingnya pembuatan septic tank komunal.

"Resiko kesehatan akan sangat tinggi, apabila kesadaran warga akan keberadaan septic tank komunal masih sangat rendah," kata Camat Arcamanik ini di Balai Kota Bandung, Kamis (19/9/2019).

Firman menjelaskan, ada beberapa faktor yang akhirnya keberadaan septic tank komunal belum mencapai target. Pertama masalah anggaran karena banyak masyarakat yang akhirnya mengeluhkan terkait biaya pembuatan septic tank komunal.

Bisa ditaksir satu pembuatan septic tank komunal mencapai Rp2.000.000. Sementara bagi masyarakat kalangan menengah ke bawah angka tersebut dinilai tinggi. Belum lagi adanya kebutuhan lainnya yang mereka anggap lebih penting," tutur Firman.

Sehingga untuk permasalahan anggaran belum menemukan solusi terbaik. Pasalnya anggaran Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung untuk itu pun belum maksimal.

Kendati demikian pihaknya terus mencari solusi untuk segera menuntaskan perihal pembuatan septic tank komunal di Kota Bandung.

"Tahun ini ada yang namanya program Kotaku, dan juga beberapa sumber anggaran lainnya. Ada sekitar 5 sumber anggaran yang bisa dimanfaatkan antara lain Kotaku dari pusat, swadaya masyarakat, APBD kota lewat DPKP3, dan CSR," jelas Firman.

Disamping masalah anggaran, kedua yaitu minimnya tingkat kesadaran di masyakarat. Terlebih untuk dampak pembuangan tinja ke sungai akan banyak muncul untuk kesehatan seperti diare dan stunting.

Untuk dampak tersebut kurang diketahui banyak oleh masyarakat Kota Bandung. "Padahal sosialisasi kerap kita lakukan," tegasnya.

Terakhir, lanjut Firman, masalah lahan. Tidak sedikit masyarakat yang akhirnya menolak untuk pembuatan septic tank komunal karena lahan hunian yang sempit. Kasus tersebut biasanya terjadi dipemukiman padat penduduk atau area sungai.

"Banyak yang menolak karena mereka bingung akan membuat lahan septic tank komunal dimana, sementara lahan hunian saja sempit. Atau juga bagi mereka yang tinggal di pinggiran sungai, mereka lebih memilih buang tinja kesungai ketimbang membangun septic tank komunal," ujarnya.

Untuk masalah lahan, Firman mengatakan pihaknya sedang memberikan solusi dengan disarankan membuat septic tank komunal secara kolektif dengan memanfaatkan jalan di gang atau juga sepadan sungai.  "Sayangnya solusi ini juga belum bisa langsung diterima," katanya.

Kendati begitu, pihaknya terus memaksimalkan pentingnya membuat septic tank komunal bagi setiap rumah. Pasalnya hal itu akan berhasil untuk meminimalisir Open Defecation Free (ODF) di Kota Bandung.

Editor: redaktur

Komentar