Sebab dari 181 perpustakaan yang ada di kewilayahan tidak semua berjalan dengan mulus. Bahkan, dari jumlah tersebut yang jalan hanya 79% dan itupun 35%-nya yang berjalan dengan baik. Dari 35% tersebut tidak hanya minat terhadap membaca yang tinggi, namun juga disertai oleh kegiatan yang menghasilkan produk bacaan.
"Walau sudah difasilitasi dengan memberikan bahan bacaan 1.000 buku 500 judul, tetap saja belum sesuai dengan harapan. Namun, seiringnya berjalan waktu ada perubahan, konsisten dan komitmen penyelenggara berubah, 2017 kita mencoba mengupdate dan mengevaluasi perpustakaan di kewilayahan," ungkap Kepala Bidang Pengembangan Perpustakaan dan Kearsipan dari Dispusip Kota Bandung, Neti Supriati di Balai Kota Bandung, Selasa (10/9).
Hingga akhirnya, program prioritas dimunculkan di perpustakaan kewilayahan. Dimana untuk Kelurahan atau kecamatan tidak melaksanakan akan ada sanksi administrasi. Kendati begitu, Neti mengatakan, tidak bisa dari tingkat kota saja tapi juga dari akar rumput yakni sejak usia dini anak-anak harus dibiasakan untuk membaca.
"Program meningkatkan budaya baca itu kompleks dan harus dari tingkat paling kecil yakni rumah. Kita banyak program yang kerap disosialisasikan dan semua kembali kepada realisasinya dilapangan," papar Neti menjelaskan.
Lebih jauh ia juga memaparkan, kenapa perpustakaan yang ada tidak berjalan mulus bahkan tidak ada. Pertama, jelasnya, keberadaan Sumber Daya Manusia (SDM) yang terbatas. "Bahkan tidak sedikit, Kepala Seksi di perpustakaan kewilayahan tidak memiliki staf," terangnya menyanyangkan.
Disamping SDM, masalah kedua terkait tidak jalannya perpustakaan yakni, sarana prasarana di wilayah. Dimana tidak sedikit kelurahan dan kecamatan tidak memiliki ruangan luas, bahkan yang ada sarana cukup sempit. Maka dari itu, tuturnya, janji Wali Kota Bandung 5 tahun ke depan ditumbuhkannya fasilitas sudut baca.
Dimana, menurut Neti, di setiap sudut kewilayahan ada bahan bacaan. "Masyarakat minta layanan Pemerintah kita dorong bagaimana mengadvokasi dengan memajukan program. Alhasil 35% perpustakaan kewilayahan jalani karena dibeberapa kewilayahan tersebut banyak kecamatan dan kelurahan yang care dan support yang kuat perihal minat baca di Kota Bandung," ujarnya.
Selanjutnya, masalah ketiga, kebijakan, komitmen dan sumber anggaran. Ia mencontohkan, salah satunya hari jadi kota Bandung tidak ada anggaran khusus. "Namun kami pada tanggal 17 Agustus ada acara bedah buku yakni kolaborasi dengan Bank Indonesia di BI corner, kita juga akan menghadirkan buku-buku bacaan," tuturnya.
Kendati demikian, Neti berharap minat baca di Kota Bandung akan terus tumbuh. Apalagi, masih ada beberapa kewilayahan yang belum paham tentang manfaat masyarakat dengan membaca. "Kita disini terus akan optimalkan budaya baca yang kita yakini menjadi dasar sebagai upaya mencerdaskan bangsa," tandasnya.
Hanya 35 Persen Perpustakaan di Kewilayahan Kota Bandung Berfungsi
DIDADAMEDIA, Bandung - Sebagai upaya meningkatkan budaya baca masyarakat, Pemkot Bandung melalui Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Dispusip) Kota Bandung, terus mendorong aparat kewilayahan aktif menumbuhkan budaya literasi di masing-masing daerahnya.