Respons Pemkot Bandung Tanggani Viral Sopir Angkot Wanita Bawa Bayi

respons-pemkot-bandung-tanggani-viral-sopir-angkot-wanita-bawa-bayi Ketua TP PKK Kota Bandung Siti Muntamah Oded saat mengunjungi rumah Nuryanti Hana Ristiani.. (Tri Widiyantie/PINDAINEWS)

DIDADAMEDIA, Bandung - Beredar video viral seorang wanita asal Kota Bandung  bernama Nuryanti Hana Ristiani sedang menyupir angkot 09 jurusan Ciwastra - Gasibu sembari membawa putranya yang berusia 4 bulan.

Video tersebut menjadi perhatian Pemerintah Kota Bandung. Diketahui sopir angkot tersebut merupakan warga Gang Lumbung, Jalan Ibrahim Adjie, Kota Bandung.

Yanti -demikian sapaannya, adalah seorang single parent yang hidup di kamar petak berukuran 3x4 meter serta harus menafkahi ketiga anaknya, salah satunya Adrian Satia Wiguna (4 bulan).

Dia sudah mulai menyopir angkot sejak 2006. Mulanya ia hanya melihat teman-temannya yang berprofesi sebagai sopir angkot.

Penghasilannya pun tak lebih dari Rp100.000 per hari. Uang itu dialokasikannya untuk membayar sewa kontrakan dan kehidupan sehari-hari.

Menanggapi kasus Yanti, sebagai kota layak anak dengan predikat Nindya, hal ini tentu membuat Pemerintah Kota Bandung langsung terjun menangani problematika yang dialami Yanti.

Untuk itu Ketua TP PKK Kota Bandung Siti Muntamah Oded, atau akrab disapa Umi di kediamannya didampingi Kepala Bidang Perlindungan dan Pemenuhan Hak Anak DP3APM Kota Bandung, Aniek Febriani serta unsur kewilayahan dari Kecamatan Buahbatu mengunjungi kediaman Yanti.

Umi mengatakan, Pemerintah Kota Bandung melalui Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Pemberdayaan Masyarakat (DP3APM) Kota Bandung, PKK Kota Bandung, dan Puspaga menjamin hak-hak dasar anak dan perempuan.

"Kita cari tahu dulu, apa masalahnya. Dan ternyata memang cukup kompleks untuk mengurainya," kata Umi di Pendopo Kota Bandung, usai berkunjung ke kediaman Yanti.

Hingga akhirnya setelah berdiskusi dan menguraikan satu persatu, ada solusi yang didapat. "Kami dorong Bu Yanti untuk meninggalkan profesi sopir angkotnya," ujar Umi.



Nuryanti Hana Ristiani menggendong bayinya.


Lebih lanjut ia mengatakan, pihaknya menawarkan solusi tersebut kepada Yanti, karena Yanti juga sebagai pencari nafkah di keluarga, sudah pisah dengan suaminya.

"Sehingga kami gandeng unsur kewilayahan dan Baznas untuk melakukan pendampingan agar Bu Yanti tetap memiliki pekerjaan, tetap menghasilkan, namun tidak perlu menyopir angkot lagi," ujar Umi.

Terkait keberlanjutan akan solusi tersebut, Pemkot Bandung menyerahkan keputusan sepenuhnya kepada Yanti. Namun Umi memiliki pandangan, sebaiknya Yanti memilih pekerjaan baru. Ia menggandeng kewilayahan untuk mengaryakan Yanti sebagai pramusaji, atau bergabung dengan Tim Gober.

"Karena di sini yang saya lihat putranya. Usia anak ini belum genap 4 bulan. Dia berhak mendapatkan hak-hak dasar serta rasa aman di dalam rumah," paparnya.

Selain menjadi pekerja lepas di kewilayahan atau masuk Tim Gober, berjualan juga menjadi opsi pekerjaan baru yang mampir kepada Yanti. "Sudah kami bantu beri modal awal. Kita akan dorong pelan-pelan," katanya.

Setelah dikunjungi Umi, Yanti mengaku terharu dan senang. Terlebih Adrian, putranya, sebentar lagi akan bertambah besar dan kemampuan motoriknya berkembang sehingga dikhawatirkan mengganggu konsentrasi Yanti mengemudi.

"Terima kasih, Umi. Kalau boleh milih, saya maunya kerja yang di dalam ruangan aja," ucap Yanti (40) dengan suara lirih bercampur lega. Matanya berkaca-kaca dan suaranya nampak beberapa kali tertahan saat bercerita kepada Humas Bandung, di kediamannya.

Setelah mempertimbangkan saran tersebut, akhirnya Yanti mengonfirmasi bahwa dirinya siap berhenti menyopir angkot dan memilih profesi baru.

"Iya. Saya akan coba ikuti saran dari Umi. Mungkin alternatif lainnya saya mau usaha dagang aja, kecil-kecilan, begitu. Tapi saya masih coba cari solusi untuk tempat jualannya. Sebenarnya kalau (menjadi sopir angkot, red) capek. Ya, capek fisik dan mental. Tapi saya lakukan semua demi anak saya," pungkas Yanti.

Editor: redaktur

Komentar