DIDADAMEDIA, Bandung - Beberapa waktu lalu, pemerintah menerbitkan putusan mengenai bahan bakar minyak (BBM) subsidi. Pertama, menaikkan harga jual premium. Namun, satu jam kemudian, Presiden Republik Indonesia (RI), Joko Widodo, menganulir keputusan itu.
"Kenaikan harga BBM merupakan hal biasa karena tidak hanya terjadi di Indonesia tetapi juga negara lain. Tapi kenaikan harga BBM berdampak bagi berbagai hal, yang akhirnya pada terjadinya inflasi," tandas ekonom Universitas Padjadjaran Bandung, Aldrin Herwany, di Sekretariat Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Bandung, Jalan Banteng Bandung.
Aldrin, yang juga menjabat Ketua ISEI Cabang Bandung, berpendapat, pemerintah jangan menganulir penetapkan kenaikan harga BBM. Pasalnya, terang Aldrin, apabila pemerintah menahan-nahan kenaikan harga BBM, padahal kondisi ekonomi yang berkembang membuat harga BBM memang harus naik, ada kekhawatiran, kenaikannya berlipat-lipat.
Melihat kondisi itu, Adlrin menilai sebaiknya, pemerintah segera memutuskan harga jual BBM. Itu, tuturnya, demi adanya kepastian. Masyarakat, tegas Aldrin, memerlukan kepastian. "Idealnya, harga BBM naik atau tidak? Kalau memang harganya naik, berapa idealnya? Saya kira, semuanya bergantung pada petkembangan kondisi," pungkas Aldrin.
Editor: redaktur