DIDADAMEDIA - Dua pekan silam, Adrian San Miguel hanyalah seolah kiper yang tak punya
klub, tapi pada Kamis (15/8/2019) dini hari WIB, Adrian menjadi penyabet medali juara
Piala Super Eropa di Vodafone Park, Istanbul, Turki.
Kontrak
Adrian di klub lamanya West Ham United berakhir pada 30 Juni 2019 dan
The Hammers memutuskan untuk tak memperpanjangnya.
Kiper asal
Spanyol itu tak ubahnya pengangguran yang mencari kerja, berbekalkan
catatan karier nirgelar sejak mentas dari akademi Real Betis pada 2006.
Lebih dari sebulan usai dibuang West Ham, Adrian disodori kontrak
berdurasi setahun oleh Liverpool, menyusul keputusan Simon Mignolet
pulang kampung ke Belgia demi mencari kesempatan bermain lebih banyak
bersama Club Brugge.
Adrian mungkin mengira ia akan bernasib
seperto Mignolet pada musim 2018/19 lalu yang jadi penghangat bangku
cadangan kala Liverpool bermain di Liga Inggris dan baru turun dalam
pertandingan piala-piala domestik.
Namun, Adrian ketiban
pulung ketika kiper utama Liverpool Alisson Becker --penyabet Sarung
Tangan Emas Liga Inggris, Liga Champions dan Copa America 2019--
menderita cedera pada menit-menit akhir babak pertama laga pembuka Liga
Inggris 2019/20 melawan Norwich City.
Setelah menuntaskan
penampilan penuh 38 laga Liga Inggris 2018/19, Alisson harus menepi
setelah 38 menit pertama Liga Inggris 2019/20. Kesialan yang belakangan
jadi berkah bagi Adrian.
Debut Adrian datang lebih cepat dari yang diperkirakan, namun kiper berusia 32 tahun itu kebobolan di penampilan pertamanya.
Kabar buruk terkait Alisson kembali datang, yang tak ubahnya jadi
kabar baik bagi Adrian namun tetap menimbulkan kekhawatiran di kalangan
suporter Liverpool.
Absennya Alisson, membuat Adrian tampil
mengawal gawang Liverpool menghadapi Chelsea di Piala Super Eropa,
partai prestisius perdananya sepanjang karier 13 tahun lamanya.
Penampilan Adrian diwarnai baik dan buruk, namun dua momen jelas
menjadi sorotan utama. Pertama, ketika Adrian ceroboh melakukan reaksi
mendekati Tammy Abraham pada babak tambahan pertama yang membuat wasit
mendakwa ia sengaja menjatuhkan penyerang muda itu dan Chelsea mendapat
hadiah tendangan penalti.
Kesempatan itu dimanfaatkan dengan
baik oleh Jorginho yang menghadapi bola dan keunggulan yang susah payah
diperoleh Liverpool lewat gol kedua Sadio Mane buyar begitu saja.
Momen itu tentu bakal menjadikan Adrian sasaran empuk kambing hitam
jika saja Liverpool gagal keluar sebagai pemenang. Alih-alih patah arang
karena hal itu, Adrian perlahan memperbaiki penampilannya termasuk
menggagalkan peluang Mason Mount dengan satu tangan demi menjaga skor
2-2 bertahan hingga babak tambahan rampung.
Momen kedua
Adrian lahir dalam drama adu penalti, ketika ia menghadapi Abraham yang
bertugas sebagai algojo kelima Chelsea. Sembilan algojo dari kedua tim
yang bertugas sebelumnya sukses menyarangkan bola ke gawang, namun
Liverpool sementara tengah unggul 5-4.
Abraham menghadapi
bola di titik putih, sembari melirik ke sisi kanan Adrian. Tak mau
terkecoh, Adrian melompat ringan ke sisi kirinya, namun Abraham
menendang lurus ke tengah. Beruntung bagi Adrian, laju tendangan Abraham
tak begitu kencang, kaki kanannya masih bisa menjangkau bahkan mencegah
bola masuk ke gawang.
Adrian berlutut merayakan
keberhasilannya sembari dari garis tengah lapangan rekan-rekannya
berlari menyerbunya, termasuk sang manajer Juergen Klopp, demi meluapkan
kegembiraan atas kepastian menjadi juara Piala Super Eropa.
Selepas para pemain Chelsea berjalan meintasi trofi Piala Super Eropa
dan hanya menerima medali perak, Adrian menyusul rekan-rekannya untuk
menggelar seremoni pengangkatan trofi.
Berbalutkan bendera
Spanyol, Adrian didampingi rekan-rekan barunya mengangkat trofi
perdananya di hadapan tribun yang dipadati suporter Liverpool.
Boleh jadi, kesuksesan Adrian mengangkat trofi pertama hanya setelah
sembilan hari berada di Liverpool bakal mengaburkan waktu keseluruhan 13
tahun yang ia habiskan.
Demikianlah kisah Adrian, kiper buangan yang menjelma jadi pahlawan.