DIDADAMEDIA - Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Fattahul Muluk Papua DR Idrus Alhamid mewaspadai ajaran kelompok radikal masuk kampus dengan tidak memberikan ruang atau tempat diskusi bagi organisasi yang tidak jelas asal usulnya.
"Kampus tidak boleh dijadikan tempat diskusi oleh kelompok-kelompok dari luar yang membawa ajaran-ajaran radikal yang bertentangan dengan ideologi negara," katanya di gedung Rektorat IAIN di kawasan Buper Waena, Distrik Heram, Kota Jayapura, Papua, Rabu.
Menurut dia, dengan masuknya paham radikal ke Papua atau bisa menyusup ke kampus-kampus sudah pasti akan merusak tatanan yang telah tersusun baik dan rapi, apalagi sampai mengganggu keharsmonisan dan kerukunan umat beragama, sehingga IAIN sangat selektif dalam menggelar kegiatan yang pelaksanya dari luar.
"Untuk kegiatan-kegiatan dari luar perkuliahan, kami sangat selektif karena saat ini banyak organisasi pemuda, organisasi masyarakat yang menyusup ke kampus menyebarkan dan menanamkan ajaran-ajaran radikal, yang bisa membenamkan benih-benih kebencian," katanya.
BACA JUGA :
Apalagi, kata dia, setelah pemerintah mengumumkan pembubaran organisasi radikal (HTI), diduga banyak pentolan-pentolannya yang mencoba mengganti nama dengan mengusung visi dan misi yang sama seperti awal, yang intinya ingin merongrong dan mengganti ideologi yang lain, dan hal ini diawali akan dilakukan dari kampus.
"Sejak dini kita harus waspadai, karena saya sudah mendeteksi bahwa ada kelompok muda yang yang berpaham ekstrem mencoba masuk dari kampus, ingin mempengaruhi ideologi yang digunakan, ini berbahaya," katanya.
Untuk itu, dia mengimbau kepada sejumlah kampus yang ada di Papua baik negeri maupun swasta agar lebih ketat dalam menerima calon mahasiswa baru, karena bukan tidak mungkin sudah terpapar duluan dari pihak luar dan ingin menyusup sebarkan iri, dengki dan dendam.
"Kami juga sangat ketat dalam menerima mahasiswa baru, kami saring dengan baik mana mahasiswa yang benar-benar ingin kuliah dan mana yang ingin sebarkan ideologi sesat. Kita semua tidak boleh kecolongan dan harus waspada dengan paham radikal yang bisa ancam bangsa," katanya.