DIDADAMEDIA - Harga minyak turun tajam pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), karena banyaknya data ekonomi suram dan kekhawatiran yang berlarut-larut atas perdagangan global, menambah kekhawatiran perlambatan ekonomi yang berpotensi melemahkan permintaan energi.
Patokan AS, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman September, turun 4,63 dolar AS menjadi menetap pada 53,95 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.
Sementara itu, patokan internasional, minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Oktober, jatuh 4,55 dolar AS menjadi ditutup pada 60,50 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.
Indeks pembelian manajer (PMI) manufaktur global J.P.Morgan turun menjadi 49,3 pada Juli, menandakan kontraksi untuk bulan ketiga berturut-turut dan jatuh ke level terendah sejak Oktober 2012, menurut laporan terakhir yang dirilis pada Kamis (1/8/2019).
"Data PMI Juli memberi sinyal bahwa sektor manufaktur global tetap lemah pada awal kuartal ketiga. PMI menyiratkan tidak ada pertumbuhan dalam output manufaktur global dengan tren penurunan arus perdagangan internasional yang sangat membebani kinerja," kata Olya Borichevska, peneliti di JPMorgan.
Laporan ini disusun oleh IHS Markit berdasarkan hasil survei yang mencakup lebih dari 13.500 eksekutif pembelian di lebih dari 40 negara.
Sebuah laporan terpisah yang dirilis oleh lembaga riset Institute for Supply Management (ISM) menunjukkan bahwa PMI manufaktur AS datang lebih rendah dari yang diperkirakan pada Juli.
Data lemah ditambah dengan kekhawatiran perdagangan yang berkepanjangan menghidupkan kembali kekhawatiran atas melemahnya permintaan minyak, para ahli mencatat.