DIDADAMEDIA, Bandung - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Bandung, Jawa Barat mengatakan terkait Info tentang Potensi Gempabumi dan Tsunami sampai saat ini di seluruh dunia, belum ada ilmu dan teknologi yang bisa melakukan prakiraan, kapan gempabumi akan terjadi.
"Benar memang terdapat potensi gempa dan tsunami di Laut Selatan Jawa. Tetapi yang disampaikan di beberapa berita adalah kemungkinan terburuk berdasarkan model teoritis, yang waktu kejadiannya tidak dapat diprediksi," kata Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Bandung Toni Agus Wijaya, Kamis (25/7/2019).
Toni mengatakan, baik pemerintah dan masyarakat perlu melakukan langkah mitigasi pengurangan risiko gempa dan tsunami secara bertahap dan dimulai dari yang kecil disekitar lingkungan.
"Misal dengan menyusun rencana jalur evakuasi saat terjadi gempa yaitu ke tempat terbuka terdekat di halaman yang aman, jalur evakuasi tsunami di sekitar pantai ke tempat yang lebih tinggi atau menjauh dari pantai. Memeriksa kekuatan bangunan dan menata interior agar benda tidak jatuh saat gempa," ucapnya.
Gempa dan tsunami adalah tetangga dengan negara Indonesia. Dengan begitu Indonesia harus bisa hidup harmonis bersama potensi bencana tersebut, dengan melakukan langkah mitigasi pengurangan risiko.
"Seperti di negara lain yang memiliki ancaman bencana gempa tsunami yang lebih besar dari Indonesia, tetapi negara tersebut dapat menjadi sejahtera dan maju dengan langkah mitigasi," katanya.
Adapun yang saat ini upaya yang dilakukan BMKG di antaranya meningkatkan kecepatan dan keakuratan info gempa dan tsunami dengan menambah jumlah seismograf sebanyak 190 di seluruh indonesia di 2019 menambah 180 seismograf yang saat ini sudah beroperasi.
Kemudian meningkatkan info dampak guncangan gempa dalam bentuk info peta guncangan gempa dan data percepatan tanah dengan menambah 66 unit, alat intensitymeter di Jabar.
"Dan terus lakukan sosialisasi ke masyarakat dan pemda melalui sekolah lapang gempa dan bmkg go to school," ucap dia.