DIDADAMEDIA, Jakarta - Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo mengatakan bahwa mendiang pasangan suami istri terduga pelaku pengeboman gereja di Jolo pada Januari 2019 lalu, diketahui berangkat ke Filipina pada Desember 2018.
"Mendiang Rullie Rian Zeke dan Ulfah Handayani Saleh pada bulan Desember 2018, berangkat melalui jalur gelap ke sana (Filipina)," kata Brigjen Dedi di Mabes Polri, Jakarta, Rabu (24/7/2019).
Hal itu diketahui dari informasi yang diperoleh dari dua terduga teroris Novendri dan Yoga yang ditangkap Densus 88, beberapa waktu lalu.
Novendri adalah anggota Jamaah Ansharut Daulah (JAD) Sumatera Barat. Sementara Yoga adalah anggota JAD Kalimantan Timur.
Diketahui bahwa Rullie dan Ulfah mengikuti doktrinasi pemahaman nilai-nilai radikalisme dan menyatakan sanggup menjadi bomber. "Ada kesanggupan yang bersangkutan menjadi 'pengantin'," ungkapnya.
Pasutri tersebut direkrut oleh Andi Baso, buronan kasus pengeboman Gereja Oikumene Samarinda. Andi kemudian menginformasikan ke pengendali jaringan, Saefulah, mengenai kesanggupan Rullie dan Ulfah untuk menjadi bomber.
"Dilakukan pemetaan jaringan di Filipina, baru mereka dipersiapkan jadi suicide bomber," ujarnya.
Densus 88 Antiteror saat ini bekerja sama dengan Kepolisian Filipina untuk mendapatkan data DNA potongan tubuh Rullie dan Ulfah yang akan dicocokkan dengan DNA pembanding dari keluarga pelaku di Sulawesi Selatan.
"Bila setelah dicocokkan, identik, baru nanti akan disampaikan secara resmi bahwa keduanya suspect suicide bomber," katanya.
Sebelumnya bom meledak di sebuah gereja di Pulau Jolo, Sulu, Filipina, pada Januari 2019, mengakibatkan 22 orang tewas dan sekitar seratusan orang terluka.