DIDADAMEDIA, Lebak Banten - Omzet pedagang cabai di Pasar Rangkasbitung Kabupaten Lebak,Banten sejak sepekan terakhir menurun drastis hingga 30 persen akibat terjadi kenaikan harga di pasaran.
"Kita mengeluh menurunnya omzet penjualan itu," kata Edi, pedagang cabai saat ditemui di Pasar Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Minggu.
Selama ini, permintaan aneka jenis cabai berkurang dan berdampak terhadap omzet pendapatan.
Biasanya, penjualan cabai sehari bisa menghabiskan satu ton,namun saat ini hanya laku terjual sekitar 30 persen.
Penyebab menurunnya omzet pendapatan itu akibat harga cabai di pasaran melonjak. Saat ini, harga cabai jenis rawit mencapai Rp65.000/Kg,padahal sebelumnya Rp40.000/Kg. Begitu juga komoditas cabai keriting dan cabai besar dijual Rp70.000/Kg dari semula Rp45.000/Kg.
"Kami berharap harga cabai kembali normal, sehingga omzet pendapatan relatif stabil," katanya menjelaskan.
Rohman, pedagang di Pasar Rangkasbitung mengaku bahwa kenaikan cabai itu akibat kemarau yang terjadi sejak awal Juni 2019, sehingga pasokan dari sentra penghasil cabai berkurang.
Kebanyakan produksi tanaman cabai dari petani menurun akibat kemarau tersebut.
"Kami merasa terpukul kenaikkan harga cabai itu karena berimbas terhadap pendapatan," katanya menjelaskan.
Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Lebak Dede Supriatna mengatakan selama ini komoditas cabai belum menjadikan pertanian unggulan petani setempat. Karena itu, kebutuhan cabai di Kabupaten Lebak masih dipasok dari luar daerah.
Pemerintah daerah mendorong petani agar mengembangkan pertanian cabai guna memenuhi permintaan pasar.
Selama ini, petani di Kabupaten Lebak hanya beberapa kecamatan yang mengembangkan komoditas cabai akibat terbentur permodalan. Sebab, biaya pertanian cabai cukup besar dibanding pertanian tanaman padi.
"Biaya pertanian cabai untuk luas satu hektare bisa mencapai Rp30 juta sampai Rp50 juta, sehingga banyak petani mengembangkan tanaman padi," katanya.