DIDADAMEDIA, Bandung - Kasus Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) belasan korban wanita yang dijual ke Cina masih mandek. Pasalnya para korban belum dapat dipulangkan ke Indonesia.
Dalam kasus ini, Polda Jabar menahan tiga tersangka masing-masing Thjiu Djiu Djun alias Vivi Binti Liu Chiung Syin berperan sebagai perekrut, Yusuf Halim alias Aan sebagai perekrut dan warga Tiongkok, Guo Changshan sebagai perantara di Indonesia ke Tiongkok.
Pemulangan korban masih terkendala. Sebab, meski kepergian mereka berkaitan dengan dugaan TPPO, kepolisian Cina setelah memeriksa mereka, status 11 korban ini sudah menikah resmi dengan warga China.
Sementara upaya yang dilakukan Polda Jabar, telah berkordinasi dengan Kementerian Luar Negeri untuk memulangkan para korban tersebut.
"Apa kata Kemlu kami ikut karena Kemlu juru depan hubungan antarnegara. Kalau kata Kemlu kami berangkat, ya berangkat. Di sana masih ada 11 orang belum bisa kembali karena status mereka istri resmi," kata Ditreskrimum Polda Jabar, Kombes Pol Umar Surya Fana, Jumat (21/9/2018).
Salah seorang korban berinisial Er (21) asal Kabupaten Bandung via sambungan telepon dari Bandung ke tempatnya tinggal di Henan, China Kamis (20/9) mengaku ingin secepatnya pulang ke tanah air. Sejak Januari, dia tinggal bersama suaminya.
"Saya ingin secepatnya pulang. Dulu saya diiming-imingi uang, dapat mobil dan rumah dengan menikah dan tinggal di sini. Tapi kenyataannya berkata lain," ujar Er.
Selama tinggal sebagai istri dari suami berkebangsaan asing, dia mengaku tidak mengalami kekerasna fisik maupun seksual. Hanya memang, ia mengalami kekerasan verbal sehingga merasa tidak nyaman dan tertipu.
"Tapi saya diperlakukan tidak baik seperti dimarahi," ujarnya.
Bahkan, dia mengaku dipaksa meminum obat yang tidak diketahui nama dan kegunaan obat tersebut. Belakangan, ia tahu obat tersebut untuk penyubur kandungan.
"Saya dipaksa minum obat penyubur tiap hari. Dia bilang ingin punya anak dari orang Indonesia karena itu bisa bikin dia kaya. Saya ingin secepatnya pulang, jika saya sampai punya anak maka saya bakal semakin sulit untuk pulang," ujarnya.
Er menjelaskan suaminya seorang buruh bangunan dan buruh pertanian. Ia sempat diajak bekerja membantu dan menemani suaminya itu di ladang saat masih bekerja. Tidak banyak yang bisa ia lakukan.
"Jadi dia (suami) kerjanya buruh di ladang, sempat saya dipaksa bantu dia kerja. Misalnya saya mencangkul di ladang sampai jagain kolam," ujar dia.