DIDADAMEDIA, Bandung - Ereveld Pandu adalah satu dari sekian banyak kompleks makam pahlawan Belanda yang tersebar di Indonesia.
Berbeda dengan Tempat Pemakaman Umum (TPU) lainnya yang akrab dengan kata seram, ketika memasuki Ereveld Pandu justru kita disuguhi pemandangan batu nisan yang berjejer rapi dan hamparan rumput hijau.
Jika biasanya Ereveld Pandu sepi, ada pemandangan berbeda pada Kamis (27/6/2019), puluhan anak-anak terlihat mengelilingi setiap batu nisan dan antusias mendengarkan penjelasan dari pengurus makam.
Mereka adalah siswa-siswi Sakola Ra'jat Iboe Inggit Garnasih yang berusia tingkat pendidikan SD dan SMP. Kurang lebih 40 siswa sembari ditemani orangtuanya mengikuti kegiatan belajar sejarah Belanda di Ereveld Pandu.
BACA JUGA :
Acara diawali dengan upacara penghormatan di algemeen monument yakni monumen utama yang berlokasi di tengah kompleks makam, setelah menyimpan karangan bunga, anak-anak pun mengikuti tur edukasi pengenalan sejarah Ereveld Pandu.
Ereveld Pandu memiliki luas sekitar 3,1 hektare dan menjadi tempat peristirahatan bagi 4.000 korban perang yang sebagian besar adalah tentara Belanda atau KNIL (Koninklijk Nederlands-Indisch Leger). Mereka yang dimakamkan di sini gugur di Indonesia pada rentang tahun 1942-1949.
Selain itu, ada total empat monumen di Ereveld Pandu. Monumen pertama terletak di tengah yaitu Algemeen Monument yang bertuliskan 'onbekende soldaat' dan 'onbekende berger' (makam prajurit tidak dikenal dan makam sipil tidak dikenal). Masih menjadi bagian monumen Algemeen, terdapat juga delapan pilar yang menjadi makam delapan arsitek belanda.
Kemudian monumen kedua adalah KNIL Monument yaitu berbentuk replika patung KNIL yaitu tentara Belanda yang dibentuk di Indonesia pada 15 Agustus 1991. Lalu Padalarang Monument, lokasinya ujung kanan Ereveld, yaitu monumen penghormatan bagi sekelompok seniman musik Belanda yang meninggal karena kecelakaan pesawat usai menghibur KNIL di Padalarang Kabupaten Bandung Barat pada 1948.
Monumen keempat lokasinya masih dekat dengan Padalarang Monument yaitu Ciater Stelling Monument, adalah monumen bagi tentara KNIL yang gugur karena dieksekusi oleh tentara Jepang di Cikole, Kabupaten Bandung Barat.
"Ereveld Pandu ini diresmikan 7 Maret 1948, dan yang suka mengunjungi biasanya keluarga dari para korban dan ada kunjungan rutin juga dari turis Belanda. Ada juga ziarah rutin dari yayasan Makam Kehormatan Belanda (OGS) setahun sekali biasanya September," ujar Pengurus Ereveld Pandu, Purwadi di sela kegiatan, Kamis (27/6/2019).
Kunjungan ke Ereveld Pandu bagi masyarakat umum sebenarnya terbuka namun tentu harus meminta izin terlebih dahulu ke kantor yayasan di Jakarta. "Bebas untuk umum tapi ada ketentuan seperti ngga boleh foto komersial, prewedd, selfie di salib. Kalau komunitas boleh langsung ke saya nanti email dulu ke Jakarta," imbuhnya.
Perlu diketahui, Ereveld Pandu dikelola langsung oleh Kedutaan Besar Belanda melalui Yayasan Makam Kehormatan Belanda (OGS). Artinya ketika memasuki gerbang kompleks Ereveld, kita bisa dikatakan memasuki wilayah negara lain, sebab semuanya menjadi tanggungjawab Kerajaan Belanda.
"Secara logis ini Ereveld ini di bawah kekuasaan kedutaan besar, jadi punya hak istimewa di Indonesia. Jadi semua segala aturannya itu kita masuk ke tanah negara lain, dan semua orang yang tahu masuk ke sini ini masuk ke tanah Belanda, negeri Belanda," ucap Penggagas Sakola Ra'jat Iboe Inggit Garnasih, Gatot Gunawan.
Gatot menjelaskan, tujuan mengenal sejarah Belanda ke Ereveld Pandu ini merupakan agenda rutin sebagai salah satu bentuk pendidikan sejarah di sekolah informal ini.
Selama ini siswa belajar mengenai sejarah di kelas dan hari ini langsung mengunjungi tempat bersejarah agar wawasan mereka semakin luas. Pendidik sejarah penting dipelajari agar mereka bisa memahami secara mendalam dan menyikapi hubungan kerjasama antara kedua negara Indonesia-Belanda.
"Pengemasan ke anak-anak sih sederhana, melihat kondisi makam, mereka secara visual dari depan sudah lain makam yang dikelola RI dan Belanda," kata Gatot.
Gatot ingin anak-anak bisa menghargai negara lain dan tidak selalu memiliki mindset bahwa Belanda identik dengan penjajah. Memang zaman dahulu Indonesia dijajah Belanda, tetapi sekarang harus menghilangkan mindset tersebut karena Indonesia sudah Merdeka.
Gatot mengungkapkan, nilai yang ingin ditanamkan adalah menjaga hubungan baik antar kedua negara, salahsatunya mengenal sejarah lewat Ereveld Pandu ini.
"Ya bisa menghargai untuk zaman sekarang, kalau sekarang kan kita lebih menghargai hubungan yang baik, karena di Belanda juga sebagian mengakui menjajah Indonesia itu salah saat sesudah zaman kemerdekaan Indonesia," imbuhnya.
Setelah pulang dari Ereveld Pandu ini, para siswa tak lantas selesai belajar sejarah, namun akan diperdalam lagi saat belajar di sekolah.
"Jadi minimal mereka mengenal tempatnya dan nanti diperdalam lagi di kelas. Jadi jangan terus berbicara terus dijajah, kita lihat ke depan, mindset anak bisa terbuka kedepan ngga selalu bicara penjajahan, tapi bisa belajar dari sudut pandang lain," pungkasnya.