DIDADAMEDIA - Prof Dr Ing Bacharuddin Jusuf Habibie berusia 83 tahun, Selasa, 25 Juni 2019. Dilahirkan di Parepare, Sulawesi Selatan pada 1936, Pak Habibie salah satu Presiden terbaik Indonesia, karena kepemimpinan, keikhlasan, keahlian, prestasi, dan keteladanannya.
Dalam usia sepuh, Habibie tetap energik. Tiga pekan lalu, 1 Syawal 1440 Hijriah, Pak Habibie tetap membuka pintu rumahnya, menyambut ratusan tamu berlebaran.
Terlihat sedikit lebih kurus, Pak Habibie merentangkan tangannya, menyambut dan memeluk tamu yang dikenalnya. Daya ingatnya kuat dan sangat hangat.
Tidak Lama
Pak BJ Habibie tidak lama sebagai Presiden RI. Menggantikan Presiden Soeharto, Pak Habibie yang sebelumnya Wakil Presiden, menjabat selama 512 hari, sejak 21 Mei 1998 hingga 20 Oktober 1999.
Politik dan kekuasaan awal reformasi, menyebabkan presiden ketiga itu tersingkir, meski dalam kurun waktu singkat itu Pak Habibie mengukir prestasi besar.
BACA JUGA :
Berbagai undang-undang lahir pada masa singkat itu, di antaranya kekebebasan pers, pembatasan masa jabatan presiden, hak bersuara dan berserikat, UU Anti Monopoli, UU Partai Politik, dan mencabut larangan serikat buruh.
Dalam suasana ingar bingar politik itu, Pak Habibie juga berhasil mengangkat rupiah yang terperosok dalam, dari Rp16.000 menjadi Rp6.500.
Lepasnya Timor Timur disesalkan sejumlah kalangan, namun pemerintah berikutnya tidak lagi disibukkan persoalan ini di fora internasional.
Saat berkuasa, isu Timor Timur itu pula salah satu penyebab Pak Habibie tersingkir, selain pertarungan politik di dalam Golkar, tekanan sebagian publik yang mengaitkannya dengan Orde Baru, dan dianggap menerapkan politik partisan karena mendirikan Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI).
Dalam Sidang Umum MPR hasil pemilu dipercepat, Selasa, 19 Oktober 1999, pertanggungjawaban Pak Habibie ditolak melalui pemungutan suara, dengan selisih tipis, 33 suara (355 suara menolak, 322 menerima, sembilan abstain, empat tidak sah).
Kepentingan kekuasaan pada Sidang Umum MPR, lebih suka mencari sisi lemah daripada melihat prestasi Pak Habibie. Sungguh menyedihkan. Setiap Pak Habibie masuk ruang sidang paripurna, seperti dikomando, anggota MPR/DPR tidak bersedia berdiri sebagai penghormatan, sebagaimana lazimnya. Bahkan, saat Pak Habibie berpidato, mereka berteriak “huuu.. huuuu..”
Ketika hasil pemungutan suara diumumkan, sebagian anggota DPR/MPR bertepuk tangan, berteriak girang, bahkan ada yang sujud syukur, mensyukuri kekalahan Pak Habibie.
Dini hari, setelah pertanggungjawaban ditolak, beberapa tokoh menemui Pak BJH di rumahnya. Mereka meminta Pak Habibe mencalonkan diri sebagai Presiden 1999-2004. Pak Habibie menolak. Sikapnya ini kemudian disampaikannya melalui jumpa pers, pagi Rabu (20/10).
Dengan raut wajah tenang dan senyum Pak BJH berkata, “Wakil-wakil rakyat telah menyimpulkan, saya tidak mampu melaksanakan tugas yang diberikan. Sehubungan dengan itu, saya Bacharuddin Jusuf Habibie menyatakan bahwa saya tidak menyanggupi menerima pencalonan saya sebagai presiden masa bakti 1999-2004“.
Suasana di ruang belakang rumah Pak Habibie, Patra Kuningan, mendadak sunyi.
Di sidang paripurna MPR, melalui pemungutan suara, K.H. Abdurrahman Wahid terpilih sebagai Presiden RI dengan meraih 373 suara, mengalahkan Megawati Soekarnoputri yang meraih 313 suara. Pada 20 Oktober 1999, K.H. Abdurrahman Wahid dilantik sebagai Presiden RI dan Megawati sebagai Wakil Presiden.
Hari itu, setelah pelantikan K.H. Aburrahman Wahid, Pak Habibie dan Ibu Ainun keluar lif gedung Nusantara V. Saya, wartawan Republika, menyalami Pak Habibie, yang terlihat tenang. '
'Gus Dur dan Megawati dipilih secara demokratis. Dukunglah mereka, saya percaya mereka akan membawa kemajuan bangsa ini,'' katanya singkat. Saya peluk Pak Habibie. Air bening merebak di mata saya.
Dalam suatu kesempatan, setelah tidak menjabat Presiden RI, Pak Habibie menyebutkan bahwa jabatan presiden bukanlah segala-galanya. Setiap presiden yang dipilih rakyat, menurutnya, harus didukung.
"Jika dirasa kurang tepat, tunggu pemilu berikutnya," kata Pak Hibibie.
Dijuluki Mr Crack
Di lingkungan ahli aeronautic, aerospace, industri pesawat, ilmuwan internasional, Pak Habibie dijuluki Mr Crack.
Julukan itu merupakan penghormatan para ahli atas temuannya yang dapat menghitung "crack propagation on random" sampai ke atom-atomnya, penyebab keretakan di badan, terutama sayap pesawat.
Awalnya, tidak hanya pesawat Fokker 28 yang jatuh, tapi juga pesawat tempur Jerman, Starfighter F-104 G. Ini menimbulkan kehebohan. Tidak ada yang tahu penyebabnya.
Departemen Pertahanan Jerman menantang para ahli mencari penyebabnya. Pak BJH yang saat itu bekerja di perusahaan penerbangan Hamburger Flugzeugbau (HFB) berhasil menemukan penyebabnya.
Dari sini, lahirlah Teori Habibie, Faktor Habibie, Prediksi Habibie yang sangat populer. Rumusan Habibie tersebut dapat ditemui pada sejumlah jilid “Advisory Group for Aerospace Research and Development (AGARD)", sebagai buku pegangan tentang prinsip-prinsip ilmu desain pesawat terbang standar NATO.
Temuan Pak BJH --yang menyelesaikan S-3 dengan nilai rata-rata 10, di Rheinisc Westfälische Technische Hochschule (RWTH) Aachen, universitas teknik terbaik di Jerman-- 1965, pada usia 28 tahun itu, sangat bermanfaat bagi penerbangan. Temuan pertama di dunia itu hingga kini digunakan industri pesawat terbang. Dari sini pula, Pak BJH dijuluki Mr Crack.
Prof Dr Ing B Lascka, ahli aerodinamika Jerman, dalam tulisannya menyebutkan, "crack propagation" temuan Habibie sangat penting dalam dunia penerbangan. Inilah sumbangan terbesar dalam dunia dirgantara.
“Retakan dalam struktur pesawat memang sangat mencemaskan para perekayasa struktural, penyebaran retak sungguh sulit diperhitungkan. Habibie berhasil menemukannya,” tulis Lascka.
Peran dan keilmuan Pak BJH diakui dunia
Sejumlah penghargaan diterimanya, antara lain Gesselschaft fuer Luft und Raumfahrt (Lembaga Penerbangan dan Angkasa Luar) Jerman, The Royal Aeronautical Society London (Inggris), The Royal Swedish Academy of Engineering Sciences (Swedia), The Academie Nationale de l’Air et de l’Espace (Prancis), dan The US Academy of Engineering (Amerika Serikat).
Pada 1967, Pak BJH mendapatkan penghargaan Edward Warner Award dan Theodore Van Karman Award --penghargaan tertinggi ahli kedirgantaraan dan fisikawan, setara Nobel.
Setelah dipanggil pulang Presiden Soeharto, 1973, Pak BJH memimpin PT Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) tiga tahun kemudian. IPTN memproduksi pesawat CN-235 dan N-250. Pada 1997, IPTN melahirkan pesawat berbadan lebar N-2130, namun dihentikan karena krisis ekonomi dan atas tekanan Dana Moneter Internasional (IMF).
Selain membuat pesawat produksi Indonesia, IPTN juga mengerjakan pesanan sayap Boeing 737, Boeing 767, Airbus A320, A330, A380, A350, serta Sukhoi Superjet 100.
Keputusan pemerintah menerima Letter of Intent (LoI) IMF, Mei 1998, menyebabkan proyek-proyek IPTN dihentikan. Tidak itu saja, belasan ribu pegawai IPTN --yang disekolahkan Pak BJH ke luar negeri-- dipecat. Pak BJH sedih. Seperti gelas kristal, IPTN yang bertahun-tahun dibangunnya, hancur berantakan.
"Saya menangis saat mengunjungi IPTN, karena semua usaha yang telah dirintis anak-anak bangsa harus hancur semuanya," kata Pak Habibie di Makassar, seperti dikutip ANTARA, 3 Desember 2005.
Pak BJH pantas sedih dan menangis. Belasan ribu pegawai, yang dahulu begitu sibuk menyelesaikan pesanan pesawat untuk militer Korea Selatan, Pakistan, Uni Emirat Arab, Turki, Malaysia, Brunei, Thailand, dan Filipina, serta memenuhi pesanan komponen pesawat Airbus dan Boeing, terhenti.
Ribuan tenaga ahli yang dididik di sekolah-sekolah teknik terkemuka dunia, kini lebih dihargai dan dibayar mahal di Eropa, Amerika, dan Asia.
Mereka mencari hidup di negara-negara itu --negara yang menempatkan teknologi sebagai jalan ke masa depan. Di negara sendiri, ketika politisi lebih dibutuhkan, maka para ahli dianggap sebagai pemimpi, orang-orang yang tidak berpijak di Bumi.
Pak BJH sedih, bukan karena karya-karyanya tidak dihargai di negeri sendiri, tapi karena bangsa ini melupakan kepentingan masa depannya.
Bangsa tanpa rencana masa depan akan selalu menjadi bangsa terbelakang, tak mandiri, dan terombang-ambing oleh negara lain dengan segala kepentingannya.
Negara seperti itu tidak akan pernah menjadi tuan. Ia selalu berada dalam perintah dan tekanan tanpa henti. Pak BJH tak menginginkan itu. Ia berharap, bangsa ini memiliki harga diri, kuat, dan tidak dalam perintah sang majikan.
Namun, ia harus menerima kenyataan bangsa ini lebih senang dalam tekanan dan menutup peluang untuk menjadi tuan. Atas nama pembangunan, sering sekali kita menghancurkan --tak peduli itu untuk masa depan anak-anak bangsa.
Selamat ulang tahun ke-83 Pak Habibie, semoga Allah SWT senantiasa melindungi, memberi kesehatan, panjang umur, dan keberkahan. Seorang negarawan akan tetap dihormati, dikenang, jadi teladan, dan dirindukan.