Begini Dampak Yang akan Terjadi pada Musim Kemarau Versi BMKG

begini-dampak-yang-akan-terjadi-pada-musim-kemarau-versi-bmkg . (Ilustrasi/net)

DIDADAMEDIA, Bandung - BMKG himbau masyarakat untuk siap hadapi musim kemarau yang berpotensi kekeringan di beberapa wilayah di Indonesia.

Puncak musim kemarau, diprediksi bakal terjadi pada Agustus hingga September 2019 mendatang, bakal terjadi dihampir seluruh wilayah di Indonesia.

"Ada beberapa dampak yang akan terjadi seperti sektor pertanian dengan sistem tadah hujan, pengurangan ketersediaan air tanah (kelangkaan air bersih), dan peningkatan potensi kemudahan terjadinya kebakaran," kata Deputi Bidang Klimatologi Herizal, Rabu (26/6/2019).

Pantauan BMKG dan beberapa Lembaga Internasional terhadap kejadian anomali iklim global di  Samudera Pasifik menunjukkan kondisi El Nino Lemah.

Sedangkan Anomali SST di wilayah Samudera Hindia menunjukkan kondisi Indian Ocean Dipole (IOD) positif.  Kondisi ini diperkirakan akan berlangsung setidaknya hingga Oktober November, Desember (OND) 2019.

BMKG juga mengeluarkan status siaga hingga awas pada beberapa wilayah yang berdampak pada potensi kekeringan meteorologis.

Untuk status awas berdasarkan dari data BMKG yang melakukan pemantauan, terdapat di wilayah sebagian besar Yogyakarta, Jawa Timur (Sampang dan Malang), Nusa Tenggara Timur, Jawa Barat (Indramayu), dan Bali (Buleleng).

"(Status awas) dalam pengertian wilayah tersebut telah mengalami hari tanpa hujan selama 61 hari. Peluang curah hujan pun rendah hannya 20 mm pada 20 hari mendatang," ucapnya pada berita sebelumnya.

Sementara itu untuk status siaga, terdapat di wilayah Jakarta Utara, Banten (Lebak dan Tangerang), Nusa Tenggara Barat, dan sebagian besar Jawa Tengah.

Status siaga tersebut dikeluarkan karena pada wilayah tersebut telah mengalami hari tanpa hujan selama 31 hari. Peluang curah hujannya pun rendah hanya 20 mm pada 20 hari mendatang.


Editor: redaktur

Komentar