Vitiligo, Penyakit yang Terdengar Asing Tapi Sering Dijumpai

vitiligo-penyakit-yang-terdengar-asing-tapi-sering-dijumpai Kadiv Dermatologi Anak RSHS Bandung, DR. dr. Reiva Farah Dwiyana, Sp.KK(K). (Trie Widiyantie/PindaiNews)

DIDADAMEDIA, Bandung - Pernah mendengar penyakit vitiligo? Penyakit ini dikenal dengan nama corob di masyarakat Sunda yang merupakan kelainan pigmentasi kulit yaitu hilangnya sel penghasil pigmen (melanosit).

Ada berbagai hal yang menyebabkan tidak terbentuknya zat warna (pigmen) sehingga kulit pasien vitiligo akan tampak putih seperti kapur atau susu, yang disebut dengan depigmentasi. Bahkan, tidak banyak yang mengetahui jika kondisi tersebut adalah penyakit dan tidak sedikit yang membiarkannya.

Penyakit ini terjadi di antara 0,5-2% pada populasi di seluruh dunia, angka yang cukup tinggi. Vitiligo merupakan penyakit kekurangan pigmen yang didapat (acquired depigmentation disorder) yang terbanyak di antara penyakit hipopigmentasi lainnya.

Berbeda dengan albino yang bersifat diturunkan (inheridited), vitiligo tidak diturunkan secara langsung, namun ada faktor genetik yang memengaruhinya.



"Pengetahuan masyarakat memang masih minim terkait penyakit vitiligo ini, bahkan jika tidak dioabati langsung akan semakin menyebar," ungkap Kadiv Dermatologi Anak, DR. dr. Reiva Farah Dwiyana, Sp.KK(K) saat acara 'World Vitiligo Day' atau hari Vitiligo sedunia yang dilaksanakan di Ruang Komite Medik RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung, Selasa (25/6/2019).

Lebih jauh dijelaskan, sekitar 50% awitan vitiligo terjadi pada usia kurang dari 20 tahun, dan 60% dari golongan itu timbul pada masa kanak-kanak.

"Apabila vitiligo muncul pertama kali pada masa kanak-kanak disebabkan karena faktor genetik yang berhubungan dengan autoimun, karena 20-30% pasien autoimun memiliki gen yang saling terkait dan akan memengaruhi timbulnya penyakit autoimun lain, baik pada pasien itu sendiri maupun pada keturunannya," jelasnya.

Pada kesempatan tersebut juga di beberkan, Vitiliigo tidak menular, tidak berbahaya, tidak menimbulkan kematian, dan kaitannya dengan penyakit sistemik non-autoimun masih diselidiki.

Namun demikian karena bentuk kelainan kulit yang khas dan mencolok mata, terutama bila di daerah yang terekspos misalnya wajah dan tangan, serta perjalanan penyakit yang cenderung cepat dan progresif, maka vitiligo acapkali membuat resah penderita dan keluarganya.

"Sebetulnya kondisi tersebut, menimbulkan kekhawatiran, perasaan minder, malu, menarik diri dari lingkungan, yang berujung dengan penurunan kualitas hidup," paparnya.

Editor: redaktur

Komentar