DIDADAMEDIA, Bandung - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) merilis penyebab suhu dingin yang dirasakan sebagai masyarakat Bandung Raya dan umumnya Jawa Barat beberapa hari kebelakang ini.

Peneliti Cuaca dan Iklim
BMKG Provinsi Jawa Barat, Muhamad Iid Mujtahiddin menuturkan, suhu dingin beberapa hari terakhir merupakan fenomena biasa atau wajar yang menandakan datangnya periode musim kemarau.

"Untuk Jawa Barat, periode musim kemarau datang pada bulan Juni dengan terlebih dahulu  masuk di wilayah sekitar pantura, kemudian bergerak ke arah selatan," ujar Iid saat dikonfirmasi, Sabtu (22/6/2019).

Iid menjelaskan, ketika musim kemarau, angin bertiup yang melewati Jawa Barat adalah angin pasat tenggara atau angin timuran dari arah Benua Australia, dan pada bulan Juli, Agustus hingga September di Australia memang mengalami puncak musim dingin. Sehingga suhunya relatif lebih dingin dibandingkam musim penghujan.

Kondisi saat ini dipengaruhi juga kelembapan pada ketinggian permukaan hingga 1,5 km di atas permukaan laut relatif lembap, sehingga pada sore hari masih terlihat adanya pembentukan awan.

"Akan tetapi pada ketinggian 3 kilometer di atas permukaan laut yang relatif kering sehingga potensi awan yang terbentuk untuk terjadi hujan relatif kecil, dan dampaknya kondisi kelembapan pada malam hingga pagi hari menambah kondisi suhu udara menjadi dingin," ucapnya.

Berdasarkan pantauan alat pengukur suhu udara, tercatat selama bulan Juni 2019 suhu udara terendah tercatat sebesar 17 derajat celcius pada Jumat (21/6/2019).

BMKG pun mengimbau masyarakat untuk tetap menjaga kondisi badan agar tetap fit, salah satunya saat bepergian ke luar rumah selalu mengenakan baju hangat atau jaket dan mengonsumsi buah-buahan serta sayuran.

"Puncak musim kemarau terjadi pada bulan Agustus-September dengan karakteristik suhu udara dingin dan kering," pungkasnya.