DIDADAMEDIA, Bandung - Pemprov Jawa Barat akan mencoba fokus mengembangkan pertanian jagung di Kabupaten Purwakarta, karena di sana potensi lahan kering untuk pertanian seperti jagung cukup luas mencapai puluhan ribu hektare.
“Kita di Purwakarta akan kembangkan karena potensi lahan luas bisa sampai 30 ribu hektare yang bisa dikembangkan untuk jagung, kedelai dan lahan kering lainnya,” ujar Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura (Distanhor) Jabar, Hendi Jatnika, Kamis (20/6/2019).
Hendi menuturkan secara umum Jawa Barat memiliki banyak potensi lahan Hak Guna Usaha (HGU) yang belum dioptimalkan. Sementara kepemilikan lahan dari para petani masih sangat minim, berdasarkan data statistik petani di Jabar hanya memiliki 0,06 hektare lahan sehingga sangat sulit mengefisiensikan lahannya.
BACA JUGA :
Maka dari itu, Pemprov Jabar akan berkoordinasi dengan perusahaan pemilik lahan seperti PTPN, Perhutani hingga swasta agar lahannya dapat digarap para petani khususnya di Kabupaten Purwakarta. Rencana ini sejalan dengan keinginan Gubernur Jawa Barat yang tidak mau ada lahan ‘bengong’.
“Kita support benih dari pemerintah, alat mesin pemipil jagung, pengolah tanah sudah diberikan ke masyarakat. Tinggal pemilik lahan dan petani yang berkolaborasi, kita dukung dari segi sarana prasana sampai pembinaan,” ucapnya.
Meski Jawa Barat bukan penghasil utama jagung, namun dari segi produktivitas Jawa Barat tertinggi dibandingkan rata-rata nasional yakni mencapai 8 ton per haktare pipilan kering, sedangkan rata-rata nasional belum mencapai 6 ton per hektare.
Lebih dari itu, Hendi mengungkapkan daerah penghasil jagung terbesar berada di kawasan Nagreg (Kabupaten Bandung), Kabupaten Garut, Kabupaten Sumedang hingga Majalengka yang disebut sebagai corn belt Jawa Barat.
“Untuk Purwakarta, Karawang, Kuningan kita kembangkan di lahan kering yang belum optimal untuk komoditas lainnya, jadi petani punya penghasilan lain,” imbuhnya.
Tujuan utama Pemprov Jabar dengan mengembangkan pertanian jagung selain konsumsi masyarakat juga untuk menstabilkan harga pakan ternak ayam. Sebab beberapa waktu lalu, meroketnya harga telur ayam karena mahalnya harga jagung sebagai pakan ternak. Meningkatknya harga jagung terjadi karena permintaan dan ketersediaan tidak seimbang.
“Tujuan kita akan menunjang industri ternak, bahkan kita tahu beberapa waktu lalu keluhan dari petenak harga telur naik karena jagung yang tidak ada, jadi mudah-mudahan dengan suppply jagung tidak akan ada terjadi fluktuatif di peternak,” tegasnya.
Harga jagung sendiri di Jabar sempat tinggi saat itu mencapai Rp4.500/kg, namun Maret lalu turun menjadi Rp2.400/kg sampai Rp2.800/kg dengan ukuran pipilan kering. Pemerintah pusat mengintruksikan agar harga jagung stabil di angka Rp3.100/kg.
“Jadi harganya dengan Rp3.100 akan layak tapi jangan sampai terlalu tinggi lagi karena kasihan peternak , karena harga telur akan naik, jadi harusnya menguntungkan semua pihak sampai ke konsumen,” pungkasnya.