DIDADAMEDIA, Bandung - Arus mudik 2019 di Jawa Barat, khususnya jalur non tol seperti jalur selatan dinilai cukup lancar. Namun ketika memasuki arus balik, justru kelancaran yang diharapkan masyarakat berbanding terbalik.
Satu di antara contohnya adalah kawasan Nagreg yang hampir setiap saat pada momen arus balik mengalami kemacetan parah, bahkan polisi berkali-kali memberlakukan sistem one way dari Limbangan di perbatasan Garut dan Tasikmalaya hingga Lingkar Nagreg.
Kepala Dinas Perhubungan Jawa Barat, Hery Antasari mengakui hal tersebut. Menurutnya, masyarakat banyak yang terlena karena melihat arus mudik lancar lalu menganggap arus balik pun akan sama. Padahal ketika memasuki arus balik ada sejumlah perbedaan situasi dan kondisi dibandingkan arus mudik sehingga macet tak dapat terelakkan.
"Makanya kami mengimbau jangan terlena oleh situasi mudik yang lancar kemarin, jadi situasinya akan berbeda tetap rencanakan timing keberangkatan dan rute. Ketika kita bertanya ke pemudi mereka berpikirnya kenapa lewat sini lagi karena kemarin lancar dan ini banyak yang berpikir seperti itu," ujar Hery saat dihubungi, Rabu (12/6/2019).
BACA JUGA :
Kemudian menurut Hery, faktor lainnya adalah rentang waktu yang digunakan untuk arus balik lebih sedikit daripada mudik yaitu hanya tiga hari. Lalu ada kemungkinan juga bahwa masyarakat yang sebelumnya memanfaatkan tol untuk mudik, tapi saat arus balik melewati jalur non tol.
"Ketika arus balik itu kan cuma tiga hari dan semuanya bersamaan baik PNS dan swasta lalu yang bertujuan ke Bandung Raya, Bogor itu pasti lewat jalur selatan, yang ketika mudik mungkin tidak lewat situ karena lewat tol," imbuhnya.
Bahkan menurut Hery, kepadatan arus balik hingga saat ini masih terasa, pasalnya selain volume kendaraan meningkat, juga beberapa aktivitas lokal kembali bergeliat seperti aktivitas pasar tumpah.
Namun Hery enggan menyebut hal itu sebagai kesemrawutan, akan tetapi dianggap sebagai penumpukan kendaraan khususnya roda dua lalu terjadi kepadatan. "Mudik lokal yang terjadi di hari H, dari data kita ada sedikit anomali pada saat hari lebaran kedua itu meningkat tajam dan ada yang silaturahmi, ziarah, itu semua bergabung dengan ekor yang mudik," ucapnya.
Oleh karena itu, Dinas Perhubungan Jawa Barat siap mengevaluasi diri untuk memperbaiki arus lalu lintas mudik balik tahun depan. Pasalnya setiap momen mudik balik pasti akan menemui kondisi yang berbeda dari tahun sebelumnya seperti iklim dan hari libur.
"Setiap tahun itu kondisinya berbeda dan lebaran selalu bergeser semakin mendekati awal tahun dan akan bertemu situasi iklim yang berbeda, hari Sabtu Minggu yang berbeda, tanggal merah yang berbeda, jadi ini tentu mengharuskan di tim terpadu pusat maupun provinsi mengantisipasi hal yang berbeda juga," pungkasnya.
Perlu diketahui juga bahwa selama Ops Ketupat Lodaya yang digelar Polda Jawa Barat dari 29 Mei - 10 Juni 2019 atau momen arus mudik balik, setidaknya kepolisian telah memberlakukan 683 kali upaya one way, contra flow, buka tutup arus dan kanalisasi sepeda motor di seluruj jalur mudik Jabar. Angka ini meningkat 36 persen atau 136 kali dibandingkan tahun 2018 yaitu sebanyak 547 kali.