DIDADAMEDIA - Juergen Klopp mengaku bukan manajer yang tidak beruntung di tengah upayanya mengakhiri enam kegagalan berturut-turutnya pada enam final turnamen besar dengan memimpin Liverpool ke final Liga Champions melawan Tottenham di Madrid dini hari nanti.
Finalis yang kalah tahun lalu itu -Liverpool takluk 1-3 kepada Real Madrid di Kiev 12- berusaha memenangi Piala Eropa keenamnya dengan mengalahkan seteru sesama Liga Primer, Totthenham Hotspur pada laga final Liga Champions di Estadio Wanda Metropolitano, Minggu (2/6/2019) dini hari waktu Indonesia.
Meskipun masuk gelanggang dengan menyandang status favorit, kekalahan berturut-turut Klopp pada enam final turnamen besar sebelum ini menjadi satu-satunya faktor negatif untuk Liverpool.
BACA JUGA :
Pelatih asal Jerman itu kerap gagal menjuarai final besarnya sejak harus menyaksikan Borussia Dortmund menelan kekalahan 2-5 pada final Piala Jerman melawan Bayern Munich, Mei 2012. Disusul dua kekalahan berturut-turut pada final Liga Champions, sekali final Liga Europa, sekali Piala Liga Inggris dan dua kali Piala Jerman.
Tetapi ketika di Madrid ditanya apakah dia manajer yang tidak beruntung, Klopp malah menegaskan bahwa catatannya pada berbagai laga semifinal membuktikan dia bukan manajer yang tidak beruntung.
"Karier saya sejauh ini tidak sial, tetapi masalah saya adalah bahwa sejak 2012, kecuali 2017, saya selalu bersama tim saya di final," kata Klopp dalam laman ESPN.
"Dalam tujuh tahun terakhir saya adalah pemegang rekor dunia dalam memenangkan pertandingan-pertandingan semifinal, saya bisa menulis sebuah buku untuk ini, tetapi tak ada orang yang mau baca."
"Saya manusia normal. Bisa ada momen sial dan beruntung, tetapi saya tidak bisa mengubah itu semua. Saya mengakui keberuntungan hanya jika Anda bekerja untuk keberuntungan itu, maka Anda bisa mendapatkannya dari waktu ke waktu. Akan ada final yang tidak kita dapatkan pada tim yang beruntung, tapi itulah keberuntungan."
Selain catatan buruk Klopp pada final turnamen besar, Liverpool juga kesulitan memenangkan penghargaan dalam beberapa tahun terakhir dengan hanya mendapatkan satu piala dalam sepuluh tahun terakhir.
Kekalahan pada final Liga Champions tahun lalui melawan Real adalah kekalahan ketiga berturut-turut mereka dalam sebuah final Eropa, tetapi Klopp menegaskan cuma ada sedikit untuk bisa dipelajari dari apa yang terjadi di masa lalu.
"Kami tim yang sama sekali berbeda dari pada tahun lalu. Final tahun itu adalah titik awal kembali ke langkah berikutnya, tetapi dari sisi pertandingan tidak banyak yang bisa dipelajari. Kami kini jauh lebih dewasa. Kami semakin tua, kami satu tahun lebih tua, para pemain seperti Trent (Alexander-Arnold) telah melewati lebih dari 50 pertandingan. Kami sungguh menantikan pertandingan yang pantas, saya yakin."