DIDADAMEDIA, Bandung - Penyakit cacar monyet atau dikenal dengan istilah monkeypox belakangan ini banyak diperbincangkan masyarakat. Sebab di Singapura baru-baru ini satu orang warga negara Nigeria (Afrika) terkonfirmasi terinfeksi virus monkeypox pada 8 Mei 2019.
Virus ini memang berasal dari negara-negara di benua Afrika dan sempat heboh pada era 1970-an. Saat itu kasus tidak hanya ditemukan di Afrika saja tapi juga pernah dilaporkan terjadi di Amerika dan Inggris. Beruntung hingga saat ini belum ada kasus cacar monyet terlaporkan di Indonesia, tetapi tetap saja masyarakat harus waspadan.
BACA JUGA :
Lantas apa saja yang harus diketahui masyarakat terkait cacar monyet, berikut fakta-faktanya seperti dijelaskan Kepala Divisi Infeksi dan Penyakit Tropis Ilmu Kesehatan Anak RSUP Hasan Sadikin Kota Bandung, dr Jatnika Setiabudi:
1. Ditularkan lewat binatang (zoonosis)
Sesuai namanya, cacar monyet ditularkan melalui binatang (zoonosis). Binatang yang bisa menularkan di antaranya golongan kera atau monyet, binatang pengerat seperti tikus atau binatang buruan hutan lainnya. Cara penularannya sendiri bisa terjadi jika seseorang terkena gigitan, cakaran atau memakan daging yang tidak dimasak matang dari hewan yang terinfeksi virus ini.
2. Bisa menular sesama manusia
Cacar monyet bisa menular dari manusia ke manusia walau sangat kecil kemungkinannya. Virus dapat menyebar apabila seseorang kontak langsung dengan penderita misalnya dari cairan nanah yang pecah, atau lewat udara seperti batuk dengan jarak 1 meter dari penderita.
3. Gejala-gejala
Gejala awalnya yang dirasakan pasien biasanya adalah demam tinggi, nyeri pada kepala dan punggung, lemas otot dan nafsu makan berkurang. Kemudian dua hingga tiga hari kemudian timbul ruam di kulit mulai dari wajah kemudian menyebar di bagian tubuh lainnya.
4. Perbedaan dengan cacar air
Apabila seseorang terjangkit cacar monyet, pada umumnya akan timbul ruam di kulit namun berbeda dengan cacar air (varisela) yang lebih banyak timbul di badan. Ruam akibat cacar monyet juga terjadi di kepala hingga ke telapak tangan dan kaki. “Kalau cacar air dalam 7 hari bisa sembuh, kalau cacar monyet ini 2 sampai 3 mnggu sembuh seluruhnya,” ujar Jatnika.
5. Belum ada obatnya
Menurut Jatnika, cacar monyet hingga sekarang belum ada antivirusnya begitu pula dengan vaksin khususnya. Dahulu pada tahun 1070-an di Afrika saat belum dinyatakan bebas cacar memang masih ada beberapa vaksin yang bisa digunakan yaitu vaksin cacar variola. Namun kini vaksin tersebut sudah tidak diproduksi lagi.
"Harus dibedakan, sekarang di kita (Indonesia) beredar vaksin cacar, tapi itu untuk cacar air varisela dan itu beda sekali jenis vaksinnya dengan cacar monyet," jelas Jatnika.
6. Anak-anak lebih rentan
Secara umum kelompok usia yang lebih muda lebih rentan terhadap penyakit monkeypox. Menurut beberapa catatan penelitian di Afrika, kematian akibat cacar monyet berkisar antara 1- 10 persen dan lebih banyak pasien meninggal adalah anak-anak karena sistem imun yang belum kuat serta pasien yang kekebalan tubuhnya menurun.
7. Bisa ditangani di rumah
Selama penderita tidak terkomplikasi dengan penyakit lainnya, maka orang tersebut bisa dirawat di rumah. Asalkan orang lain jangan sampai terkena kontak dengan cairan di tubuhnya atau penularan lewat udara seperti batuk. Kemudian hal terpenting bagi keluarga adalah menjaga kebersihan khususnya mencuci tangan.
"Bisa ditangani di rumah, kecuali kalau demam berkepanjangan karena kulitnya bernanah heboh kemudian ada gejala infeksi saluran pernafasannya itu harus berobat," pungkas Jatnika.