DIDADAMEDIA, Bandung - Meski belum ditemukan kasusnya di Indonesia, namun Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Kota Bandung menyatakan kesiapannya melayani pasien terjangkit penyakit cacar monyet (Monkeypox).
Penyakit cacar monyet baru-baru ini ramai diperbincangkan karena berawal dari kasus yang ditemukan di Singapura. Berdasarkan siaran pers Kementerian Kesehatan Singapura, satu orang warga negara Nigeria (Afrika) terkonfirmasi terinfeksi virus monkeypox pada 8 Mei 2019. Pasien dan 23 orang yang kontak erat dengannya telah dikarantina.
Direktur Utama RSHS Kota Bandung, dr. R. Nina Susana Dewi, Sp.PK(K), menuturkan pihaknya meyiapkan ruang isolasi baik di IGD, Instalasi Rawat Inap (dewasa dan anak) dengan total sembilan bed untuk menangani pasien kasus tersebut.
“Kami punya sembilan tempat ruang untuk isolasi dan APD komplit. Monkeypox tidak seberat flu burung, SARS, ini lebih ringan daripada cacar, sehingga ruangan yang digunakan kalau pasien ngga punya latar belakang penyakit lain cukup di ruangan non isolasi,” kata Nina di Bandung, Jumat (17/5/2019).
Nina juga mengakui, RSHS memiliki tim yang terdiri dari berbagai multidisiplin, baik itu ilmu klinik maupun penunjang. Pihaknya sangat siap apabila memang ada pasien monkeypox masuk RSHS.
“Mudah-mudahan di Jabar nggak ada pasien monkeypox walaupun pasien cacar air itu banyak, sebulan 15 sampai 20 yang masuk RS,” imbuhnya.
Menurut Nina, masyarakat tidak perlu terlalu panik seperti penyakit flu burung atau lainnya. Sebab secara gejala memang mirip tapi cacar monyet lebih ringan. Apabila tidak ada faktor yang memperparah karena penyakit lain di diri pasien, maka dalam tiga pekan bisa sembuh sendiri.
“Efek paling berat memang kalau ada penyakit lain atau sistem kekebalan tubuh menurun bisa masuk ke paru-paru, dan 1 sampai 10 persen bisa menyebabkan kematian. Tapi belum ada di Indonesia,” ungkapnya.
Sementara itu, Kepala Divisi Infeksi dan Penyakit Tropis Ilmu Kesehatan Anak RSHS, dr Jatnika Setiabudi, mengakui hingga saat ini cacar monyet belum ada obatnya, begitu pula dengan vaksin khususnya.
Dahulu pada tahun 1070-an di Afrika saat belum dinyatakan bebas cacar memang masih ada beberapa vaksin yang bisa digunakan yaitu vaksin cacar variola. Namun kini vaksin tersebut sudah tidak diproduksi lagi.
“Untuk pengobatan sampai saat ini belum ada antivirusnya, kalau vaksin khusus belum ada. Dulu di Afrika tahun 1970-an saat cacar belum bebas masih ada beberapa vaksin cacar monyet ini dengan vaksin cacar variola, sekarang dengan bebas cacar udah ngga ada produksi lagi vaksinnya. Sekarang beredar di kita (Indonesia) untuk vaksin cacar tapi itu untuk cacar air, jadi beda sekali jenis vaksinnya,” pungkasnya.